Dhie Dhie Jo, Jakarta
Tahun
2005-2006 merupakan tahun yang melelahkan dalam bisnis kerajinan tangan yang
saya geluti sejak tahun 2003, dimana kerja keras dari tahun 2003 membuahkan
hasil karena PO dan order pabrik tidak sepi malah harus mencari pengrajin di
sekeliling untuk bergabung dengan sistem maklon, itupun tidak cukup.
Permasalahan yang utama dari pengusaha kecil adalah kesulitan modal untuk mengembangkan usaha. Namun pada akhirnya masalah terselesaikan ketika saya berhasil deal dengan buyer besar dengan pembaayaran secara cash tetapi dengan potongan harga.
Permasalahan yang utama dari pengusaha kecil adalah kesulitan modal untuk mengembangkan usaha. Namun pada akhirnya masalah terselesaikan ketika saya berhasil deal dengan buyer besar dengan pembaayaran secara cash tetapi dengan potongan harga.
Selama
tahun 2005 - 2006, usaha pabrik mulai menghasilkan ditandai dengan kepindahan ketempat yang lebih besar, keuangan
membaik dan supplier tidak ragu memberikan tempo hutang.
Tahun 2006 masalah mulai menghantui pabrik ketika kompetitor berhasil menemukan cara produksi barang dengan mesin, sementara kami masih manual, mengunakan tenaga manusia ( kerajinan tangan).
Disitulah
malapetaka dimulai,ketika keuangan sedang membaik, semua berjalan lancar,
teknologi menguncang, order mulai berkurang karena mereka mengeluarkan jenis
kerajinan tangan kami yang hanya one model, one model dengan produksi mesin Jangankan
quantity, speed produksi dan harga kami pun kalah, sementara pola konsumsi
konsumen kelas retail adalah yang penting murah, kualitas nomor sekian.
Akhirnya
muncul opsi, saya mengibarkan bendera putih,/gulung tikar, akhirnya bangkrut
juga. Atau opsi lain, change the way organization and production. Tetapi semua
opsi mentok karena kembali, modal menjadi penghalang, untuk change.
Bertahanpun sama saja merupakan mati yang tertunda, sedangkan menyerah mengibarkan bendera putih adalah pantang bagi saya karena mama saya selalu mengajarkan, dalam hidup semua masalah ada jalan keluarnya.
Bertahanpun sama saja merupakan mati yang tertunda, sedangkan menyerah mengibarkan bendera putih adalah pantang bagi saya karena mama saya selalu mengajarkan, dalam hidup semua masalah ada jalan keluarnya.
Akhirnya saya mengambil opsi ke 3 yaitu change the way organization and production dengan tantangan (yang kalo dipikirkan dengan akal sehat) susah dicapai, karena untuk mengubah produksi dibutuhkan tenaga pikiran dan modal serta link link bisnis yang baru. Lagi pula plastic industry dan moulding merupakan hal yang buta bagi saya. Akhirnya, terbukti keputusan opsi ke 3 adalah keputusan yang tidak salah sampai dengan hari ini,
Ada
beberapa hal yang dapat saya pelajari dari kasus ini.
1. Ketika niat baik dan berdasarkan pada pemeliharaan Tuhan, semua akan jalan dengan sendiri, Tuhan mengrimkan malaikat-malaikat kecil yang tak pernah kita sadari dalam kehidupan untuk menolong saya dan keluarga besar ( karyawan pabrik).
1. Ketika niat baik dan berdasarkan pada pemeliharaan Tuhan, semua akan jalan dengan sendiri, Tuhan mengrimkan malaikat-malaikat kecil yang tak pernah kita sadari dalam kehidupan untuk menolong saya dan keluarga besar ( karyawan pabrik).
2.
Percaya pada insting bisnis dan never look behind, jika ada kesulitan harus
dihadapi, bukan malah disesali.
3.
Tidak boleh melawan teknologi, karena melawan teknologi berarti bunuh diri dan tergilas
oleh waktu dan jaman.
***