MURWANI
Waktu kecil cita cita saya menjadi wartawan karena kebanyakan sarapan koran dan majalah seperti Kompas, Kedaulatan Rakyat, Jawa Pos ,Tempo, Femina, Kartini. Dengan jadi wartawan bisa kemana mana gratis. Menginjak masa SMP berubah cita cita,. saya ingin kerja yang tidak terikat waktu, tidak pakai seragam, bisa bekerja sesukanya , bertanggung jawab pada diri sendiri bukan pada bos. Adakah?
Ada, saya memilih jadi petani, saya tanam semuanya mulai dari cabe, timun, tomat, semangka, kacang panjang dan bermacam jenis sayur dan buah. Tapi ternyata tidak semudah diangan angan.
Meskipun tiap kali mau menanam apapun, selalu membaca majallah Trubus dan bertanya si Mbah Google, saya print buat panduan. Ternyata praktek tidak seindah teorinya. Banyak sekali kendala mulai dari cuaca, hama, harga yang turun saat panen, hingga masalah pekerja.
Seiring berjalannya waktu dengan bertahun tahun experimen dengan segala jatuh bangun, saya memutuskan untuk fokus di satu jenis tanaman yaitu tebu. Dengan semakin modernnya teknologi informasi saya ketemu dengan orang orang baik yang profesional di bidangnya. Salah satunya Bpk Agus Suherman, lulusan univ. Ritsumeikan Jepang. Beliau membimbing saya dari NOL, mulai dari cara menanam, memelihara, meningkatkan produksi, memaximalkan hasil meski lahan minimal. Tanpa biaya sepeserpun saya dapat warisan ilmu perTEBUan dari ahlinya.
.
Kenapa baru sekarang setelah saya puluhan tahun mencari cara bagaimana meningkatkan produksi pertanian. Mungkin memang ini bagian dari rencana Tuhan supaya kita lebih bersyukur.
Mungkin banyak yang belum percaya dengan aplikasi biotek agro, bisa meningkatkan hasil 2x lipat. Tapi saya yakin dan percaya karena sudah membuktikan sendiri. Dalam skala kecil yang sudah saya panen, tebu tahun lalu hasil 180 kuintal, sedang tahun ini setelah 10 x disemprot bio7 dengan kadar pupuk dan perlakuan yang sama denan tahun lalu, hasilnya menjadi 342 kuimtal.
Yang skala besar akhir bulan Juli 2018 nanti baru panen dengan target 200 ton/ 2000 kuintal per hektar. Dari situ saya yakin benar kata Profesor pembimbing saya bahwa Indonesia sebenarnya mampu swasembada gula. Namun kembali lagi ke mental para petani.
Karena permasalahan petani di negeri ini bukan pada SDA atau SDMnya. Tapi pada mentalnya. Petani banyak yang mempertahankan cara cara konvensional, enggan mencoba, sebelum diberi contoh hasil sukses, dibimbing dituntun ditampung hasil taninya. Mental "njagakne" ini harus dirubah, jika ingin sukses. Karena sukses itu perlu proses , pengorbanan, kerja keras melebihi org lain.
Prof. Agus mengatakan bahwa bertani itu mudah dan untung. Saya tidak percaya, wong selama ini buntung tidak dapat untung malah menambah hutang. Akhirnya saya penasaran dengan apasih biotek agro untuk tani dan ternak?. Ternyata setelah praktek memang benar apa kata profesor.
Mari majukan petani Indonesia supaya tidak kalah di negeri sendiri. Karena itu untuk semua wirausahawan, mari kita tingkatkan pengetahuan kita dengan banyak membaca supaya banyak tahu dan banyak ilmu. Ilmu pengetahuan sejatinya ada dalam kehidupan yang nyata, yang kita jalani, istilahnya SEKOLAH URIP
Meskipun tiap kali mau menanam apapun, selalu membaca majallah Trubus dan bertanya si Mbah Google, saya print buat panduan. Ternyata praktek tidak seindah teorinya. Banyak sekali kendala mulai dari cuaca, hama, harga yang turun saat panen, hingga masalah pekerja.
Seiring berjalannya waktu dengan bertahun tahun experimen dengan segala jatuh bangun, saya memutuskan untuk fokus di satu jenis tanaman yaitu tebu. Dengan semakin modernnya teknologi informasi saya ketemu dengan orang orang baik yang profesional di bidangnya. Salah satunya Bpk Agus Suherman, lulusan univ. Ritsumeikan Jepang. Beliau membimbing saya dari NOL, mulai dari cara menanam, memelihara, meningkatkan produksi, memaximalkan hasil meski lahan minimal. Tanpa biaya sepeserpun saya dapat warisan ilmu perTEBUan dari ahlinya.
.
Kenapa baru sekarang setelah saya puluhan tahun mencari cara bagaimana meningkatkan produksi pertanian. Mungkin memang ini bagian dari rencana Tuhan supaya kita lebih bersyukur.
Mungkin banyak yang belum percaya dengan aplikasi biotek agro, bisa meningkatkan hasil 2x lipat. Tapi saya yakin dan percaya karena sudah membuktikan sendiri. Dalam skala kecil yang sudah saya panen, tebu tahun lalu hasil 180 kuintal, sedang tahun ini setelah 10 x disemprot bio7 dengan kadar pupuk dan perlakuan yang sama denan tahun lalu, hasilnya menjadi 342 kuimtal.
Yang skala besar akhir bulan Juli 2018 nanti baru panen dengan target 200 ton/ 2000 kuintal per hektar. Dari situ saya yakin benar kata Profesor pembimbing saya bahwa Indonesia sebenarnya mampu swasembada gula. Namun kembali lagi ke mental para petani.
Karena permasalahan petani di negeri ini bukan pada SDA atau SDMnya. Tapi pada mentalnya. Petani banyak yang mempertahankan cara cara konvensional, enggan mencoba, sebelum diberi contoh hasil sukses, dibimbing dituntun ditampung hasil taninya. Mental "njagakne" ini harus dirubah, jika ingin sukses. Karena sukses itu perlu proses , pengorbanan, kerja keras melebihi org lain.
Prof. Agus mengatakan bahwa bertani itu mudah dan untung. Saya tidak percaya, wong selama ini buntung tidak dapat untung malah menambah hutang. Akhirnya saya penasaran dengan apasih biotek agro untuk tani dan ternak?. Ternyata setelah praktek memang benar apa kata profesor.
Mari majukan petani Indonesia supaya tidak kalah di negeri sendiri. Karena itu untuk semua wirausahawan, mari kita tingkatkan pengetahuan kita dengan banyak membaca supaya banyak tahu dan banyak ilmu. Ilmu pengetahuan sejatinya ada dalam kehidupan yang nyata, yang kita jalani, istilahnya SEKOLAH URIP