4/04/2018

SARJANA HUKUM JUAL BUAH


Image may contain: 4 people, people smiling, people sitting
Endah Puspaningrum, Malang

Saya sekolah mendalami ilmu hukum, tapi ketika melihat kebobrokan mafia hukum dan sepertinya tidak ada yang bisa saya perbuat maka saya memutuskan untuk tidak bekerja di bidang itu. Ilmu hanya untuk saya praktekkan buat diri sendiri dulu.
Selepas kuliah saya masih berusaha mencari pekerjaan kantoran. Tapi kok kayaknya standar gajinya belum ada yang sesuai dengan harapan saya. Setelah lelah akhirnya saya dan suami memutuskan menikah tanpa pekerjaan. Nekat ya ?. Iya, sampai sekarangpun saya masih belum percaya dulu berani mengambil keputusan itu. Tapi inilah titik awal yang membuat kami akhirnya jadi wiraswasta, karenakepepet.
Menikah baru sebulan saya hamil dan harus sakit terus menerus, pas kandungan usia 4 bulan ada toko dikontrakkan di pasar. Nekad, meminjam uang mertua, lalu kami kontrak.
Tapi kami tidak tau apa yang harus kami jual. Modal tidak punya, apalagi keahlian berdagang.
Setelah berdiskusi denan suami, maka kami akan meneruskan usaha pemilik terdahulu. Pemilik toko adalah orang sepuh yang berjualan buah dann setelah meninggal toko dikontrakkan pada kami. Jadilah kami jualan buah karena modalnya relatif kecil.
Awal berjualan banyak banget orang yang nyinyir :"Dikuliahkan orang tua dengan susah payah, ternyata cuman berjualan buah di pasar, mending anak saya, tidak usah sekolah tinggi tinggi, kalau tidak bisa menjadi pegawai".. Omongan itu adalah makanan kami sehari hari. Kami hanya menelan ludah pahit banget.
Related image
Tapi Gusti Allah maha baik, jualan kami laris. Rambutan 2 ton bisa habis hanya dalam sehari dua hari. Waktu itu ambilnya Rp.1.500,- dan kami bisa jual Rp. 2.500,-. Omongan orang adalah cambuk bagi kami untuk terus berinovasi,
Apalagi ya yang bisa kita lakukan biar tidak stuck di situ? Akhirnya kami melirik mainan anak dan camilan camilan yang berbentuk lucu. Kami tarik anak anak lebih dahulu untuk membangun brand. Kami percaya kalo anak anak sudah merengek pada orang tuanya pasti mereka otomatis menyebut toko kami dan lama lama orang tuanya akan familiar dengan kami.
Baru berjalan 2 tahun ( dari kontrak 5 thn), ahli waris pemilik toko mau menjual tokonya, karena butuh uang. Inilah pertama kalinya kami kenal dengan Bank .😁
Tidak berdaya, karena baru memulai usaha, belum lagi buat biaya persalinan karena harus SC, kami harus membayar toko. Akhirnya berbekal Sertifikat milik orang tua kami masuk ke Bank.
Itu adalah awal perjalanan kami, selanjutnya kami bisa menggalang dana sendiri
Image result for sertifikat hak milik
Pada akhirnya bisa beli toko yang saya kontrak, setelah hutang ke Bank. Dan ternyata dari hasil yang tidak besar, berhasil membayar angsuran dengan baik.
Masalah selanjutnya adalah tempat tinggal karena rang tua saya tidak menyediakan tempat tinggal setelah saya menikah. “Pikiren dewe”, itu istilah almarhum ibu pada saya. Ibu hanya bisa menyekolahkan.
Sementara suami dua bersaudara dan kakaknya beserta keluarga kecilnya sudah menumpang di rumah mertua.  Untuk budaya orang Jawa, tidak boleh tinggal 3 pasangan dalam satu rumah. Kami putar otak, setelah menikah dan akhirnya kami "nunut" di rumah nenek dengan konsekuensi menanggung seluruh biaya keperluan rumah. Pas 2 tahun selesai menggangsur toko, rumah disebelah nenek pas di jual. Nah ini skenario Gusti Allah yang pas banget.
Nekad, masuk ke Bank BRI lagi.Tidak berhenti di sini, kami selalu memikirkan inovasi yang bisa kami lakukan untuk usaha kami. Masak kami yang sarjana, melakukan hal yang sama saja, mestinya harus bisa agak lain, itu istilah kami. Kami ingin menunjukkan pada lingkungan kami,, bahwa tidak rugi menyekolahin anak, walau tidak mejadi pegawai yang tiap hari pakai seragam dan bersepatu, kami juga bisa unjuk gigi 😁
Related image
Cabang Malang

Akhirnya kami menambah varian dagangan yang semula makanan ringan dan mainan, tambah palen dan rokok. Alhamdulillah, akhirnya bertambah lagi sembako.
Setelah tau rasanya karena beli beli, jadi ketagihan.
Dan itu jadi target kami selanjutnya. Selalu beli properti atau apalah., yang penting tiap tahun ada target yang harus tercapai.
Setelah sekian tahun berusaha, saya rasa hutang di Bank memberatkan. Di daerah kami hanya ada Bank BRI dan ketika saya ambil dulu, rata rata bunganya 2% per bulan. Dari sinilah kami cari alternatif baru, ini juga yang ingin saya bagi ceritanya dengan teman teman. 

Kenapa saya tidak memanfaatkan potensi yang ada di srkitar saya ? Karena tempat usaha kami di pasar, kami membuka kesempatan pada pedagang lain untuk menaruh uang mereka yang ngganggur di tempat saya dengan catatan uang itu saya kembalikan pas puasa, sebelum lebaran dengan tambahan hasil, berupa kebutuhan pokok.  Saya tidak harus pinjam Bank BRI dengan bunga yang tinggi. Mereka juga bisa menyimpan uang dengan imbal hasil yang lebih besar dari pada di taruh di Bank.
Semua yang saya uraikan di atas adalah gambaran kasar usaha saya. Dan semua itu bisa saya capai karena banyak faktor. Tapi faktor terpenting adalah :
1. Karena Allah sayang saya
2. Disiplin tingkat tinggi
3. Trust.
Jika saya tidak dipercaya pasti tidak akan ada orang yang naruh uang kepada saya, dan sampai saat ini saya berusaha selalu menepati semua ucapan saya. Jika karena sesuatu hal yang tidak bisa saya hindari, saya akan selalu bicara dan minta maaf.
Jadi inti dari wiraswasta adalah disiplin dan kepercayaan. Percayalah, jika orang percaya, maka jalan anda akan terbuka dengan sendirinya.
Sebagai penutup, saya ingin teman teman juga mencoba berusaha. Walau awalnya kecil, jika kita konsisten dan tidak cepat putus asa, pasti akan banyak tangan tangan terulur membantu anda. Itu adalah tangan Tuhan...
Kisah yang agak tidak enak tidak usah diceritakan, biar tidak pada takut untuk berwiraswasta 
😁

Salam wiraswasta 💪
Top of Form

                                    ***









BISNIS TRAVEL, MODAL NOL


Image may contain: one or more people, people standing, outdoor and nature
Arief Ismoyo, Surabaya

Sejak saya bergabung di grup ini,saya baca postingan postingannya keren semua.. mayoritas membagi ilmu bagaimana memulai sebuah usaha,dari yang kecil sampai besar,dari yg fast moving sampai yg slow..dan yang "ngiler", semuanya pasti ada modal,dari yg jutaan sampai milyaran rupiah.

 Image may contain: 9 people, outdoor

Tetapi yang mau saya ceritakan adalah  bagaimana menciptakan dan mengkondisikan pasar bagi usaha yang akan kita jalankan..sebaik apapun produk kita,kalo tidak ada "pasar" atau belum terbentuk "pasar", maka produk/jasa tsb hanya akan memenuhi "gudang2" kita.

Mungkin postingan saya terlihat baper, tapi.bukan bermaksud menggurui atau lebih tahu,saya memberanikan diri untuk sharing, ketika saya memulai usaha, sekaligus mohon kritik dan masukan.

Image may contain: sky and outdoor

Bidang usaha saya adalah Pariwisata, berawal dari hobi yang suka "keluyuran", sebuah keinginan dari kecil tentang bagaimana caranya keliling dunia, tanpa keluar duit tapi dapat duit. Bersyukur sekali keinginan itu sudah tercapai walau masih dalam skala gurem.

Ketika mengawali usaha modal saya Rp. 0,- saat itu  berfikir bahwa saya harus menciptakan pasar dulu untuk menghindari head to head dengan para pendahulu bisnis ini atau para raksasa. Dengan memaksimalkan Media social, ,saya membuat grup wisata di Face Book “Jelajah wisata Nusantara", setelah grup terbentuk saya membuat open trip, untuk menjalankan usaha ini. 

Image may contain: 7 people, people smiling

Saya mengandalkan uang muka dari para peserta. tentu yang saya jual. Selain paket wisatanya,saya juga menjual "trust" sebagai produk utamanya. Dengan cara ini saya sudah memasuki tahun ke 4, menjalankan usaha ini.
Saya juga mengikuti saran dari teman yang menyarankan : “Pilihlah nama usaha yang bagus dan terkesan besar,walaupun kau baru memulai". Pada akhirnya saya beri nama Raja Tour Nusantara.
























TOKO DI LOKASI RAMAI


Image may contain: 2 people, people smiling, food
Wahyu Subiantoro

Location , Location, Location.
Saya sadar kalau produk saya yang batik tulis, kebaya dan produk ethnic itu bukan kebutuhan primer. Kebanyakan (potensial) customer lihat-lihat dahulu, dan syukur-syukur saya ingat meberi kartu nama sambil mengobrol : “kalau ada kebutuhan, nanti mampirnya di sini saja ya..”. Kebanyakan memang mampir lagi (tapi ya memang entah kapan).
Karena sifat produk saya yang begini, maka saya tidak mau membuka di tempat “mandiri”, seperti ruko atau buka di rumah. Karena saya sadar, berapa orang sih yang “bela-belain” mencari batik, puter balik (waktu lihat papan iklan di luar ruko) , parkir dan masuk toko mandiri seperti itu. Sering customer rada takut atau sungkan.
Buka di Mall atau tempat belanja itu lumayan enak. Kemungkinan produk/usaha kita ‘dilihat’ orang , lebih tinggi daripada di luar (asal ya jangan salah pilih Mall). Seperti kita rasakan kalau kita jadi pengunjung, mall ada ‘kelas’nya sesuai dengan segment yang ingin mereka bidik. 

Image may contain: people standing

Mall tempat saya buka bukan mall kelas atas. Tidak ada high-end tenants seperti L*uis Vuitt*n atau G*cci nya. Paling juga M*t*h*ri Dept.Store. Jadi memang mall kelas menengah. Cocok dengan segmen yang mau saya bidik.
Lalu lokasi dalam Mall.
Tahu sendiri, dalam mall yang sama, ada lokasi favorit seperti lantai utama (Ground Floor), biasanya ini lantai tempat atrium berada. Jarak lantai-langit-langit relatif lebih tinggi dibanding lantai-lantai lainnya. Dan karena ini akses utama, biasanya ‘anchor tenants’ alias penyewa utama seperti M*t*h*ri Dept. Store berada di sini.
Ini penting, karena sifat anchor tenant adalah salah satu penarik utama traffic pengunjung. Jadi, dari parkiran dan akses masuk mall,pengunjung biasanya akan melangkah ke sini.
Image may contain: 1 person, indoor and food

Lokasi atrium dan ruang terbuka lain juga penting, karena sering dilakukan banyak acara dan promosi, sehingga pengunjung bergerombol (dan outlet kita lebih sering dilirik orang).
Tetapi ada juga tidak enaknya, kalau acara atau pameran yang sedang berlangsung itu, memasang booth atau propertinya terlalu tinggi, sehingga outlet kita tertutup property mereka (walaupun biasanya di mall ada ketentuan tinggi maksimum untuk properti pameran, tetapi rasanya ini tidak berlaku di atrium utama).
Lokasi favorit lain adalah di jalan utama, karena biasanya adalah akses pengunjung untuk menuju pusat-pusat atraksi di mall tersebut (ya anchor tenant itu, atau section/area khusus seperti foodcourt). Kalau tidak bisa di akses utama, di second-road nya juga masih ok, asalkan masih bisa kelihatan dari jalan utama, dan dekat outlet-outlet yang ramai.

Image may contain: people standing, shoes and indoor

Sebenarnya ada bagusnya, mall menetapkan zona khusus. Ada yang zona fashion saja, kadang malah dibuat spesifik seperti ‘kampung batik’ . Tidak perlu kuatir persaingan barang sejenis, karena justru dengan ‘bergerombol’ ini pengunjung yang berniat mencari produk tersebut, biasanya lebih suka ke area begini (karena banyak pilihan).
Seperti di sebelah saya, ada 6 outlet wedding organizer. Awalnya hanya 2 outlet, tetapi lama-lama jadi 6. Saingan ? iya pasti. Tapi karena berngumpul , lokasi ini malah terkenal dan jadi tempat ‘jujugan’ banyak calon manten (dibandingkan outlet yang buka sendiri di pojok sono). Nah, ramai deh (kalau sudah banyak calon customer, pandai-pandai kita-lah mengemas produk kita biar menarik.
Akhirnya, dengan begitu banyak pertimbangan baik yang didapat dari teori maupun pengalaman, memang kita tidak dapat memperhitungkan semua variabel lokasi (kebanyakan analisis, tidak jadi membuka). Dan memang ada hal-hal yang di luar teori, namun (kelihatan) berhasil . 

Contohnya, ada toko peralatan selam, buka di area basement, campur dengan craft center. Atau outlet kaus dan asesoris Punk/Underground yang buka di lantai UG di gang sepi, dan sebelahan dengan outlet merchandise K-Pop yang nyempil tapi banyak anak abegeh tahu (ternyata toko ini eksis di medsos), atau seperti saya yang salah buka outlet di section sepi, tetapi ternyata tertolong gara gara ada Samsat Corner dan Pegadaian di depan.
Yang penting cukup dianalisis, usaha dibuka, kerja keras, lalu serahkan sama Yang Diatas.
Sebagai tambahan, mungkin bisa dipertimbangkan, apakah mall yang akan kita pilih ini, bagian dari konsorsium/group mall , atau mall 'satuan' .
Karena dari pengalaman/pengamatan saya, grup pengembang mall yang punya beberapa mall, biasanya lebih gencar dalam berpromosi dan melakukan program program customer. Dan gaung-nya (ke mass media) jadi lebih kedengaran, karena melibatkan lebih banyak mall serta skala programnya lebih besar.
Di Surabaya ada grup mall dalam management Pak*w*n Grup, di Jakarta mungkin Ag*ng Podom*r* dan Lip** .
Well.debate-able.

BISNIS PROPERTY


No automatic alt text available.
Pinondang Situmeang, Jakarta.

Saya akan menguraikan bisnis property zaman now dan pengalaman pribadi zaman old. Pertama adalah japri di messenger dengan pengusaha di kota besar Jawa Timur tentang bisnis rumah second. Sedang yang kedua tentang bisnis property sampingan yang saya lakukan diwaktu senggang dan dihari lbur.
Bisnis rumah second.
Hari ini diskusi di messeger dengan seorang member group Wirausaha Pemula Indonesia dari kota besar di Jawa mengajukan pertanyaan yang top habis
"Pak Pino saya punya uang sekian juta tertarik mau masuk ke bisnis property karena bisnis yang satunya sudah jalan, sebaiknya mulai dari mana dan mana yang lebih cepat mencetak uang. Mohon pencerahannya ?", katanya.
Lalu dia menulis 7 alternative pilihan :
1. Beli tanah - diamkan - jual lagi.
2. Beli rumah second - renovasi - jual lagi.
3. Beli rumah second - renovasi - kontrakkan.
4. Beli tanah - bangun rumah - kontrakkan atau jual lagi.
5. Beli tanah - bangun rumah - buat untuk kos kosan.
6. Beli rumah second - renovasi - buat untuk kos kosan.
7. Beli apartmen - renovasi - kontrakkan.
Jawabannya sulit karena ke 7 pilihan itu baik dan menguntungkan. Saya coba menjawab yang terbaik. Tentu pilihan berbeda beda tergantung daerah dan kota masing masing.
Saya memilh alternative nomor 2 yaitu beli rumah second lalu renovasi kemudian dijual. Karena ybs juga mempunyai usaha lain berarti dia tidak kesulitan cash flow dan tidak butuh uang dalam waktu dekat. Oleh karena itu saya sarankan jangan cepat jual untuk menunggu nilai tanah dan rumah naik dengan syarat lokasi rumah ditempat strategys. Kuncinya adalah lokasi, lokasi dan lokasi.
Jika perlu rumah yang sudah direnovasi sudah balik nama bisa dijadikan jaminan ke Bank untuk mendapat pinjaman untuk beli rumah second lagi, tentu penghasilan lain mampu mengangsur. Jangan lupa di lokasi strategys, di sentra bisnis atau diperumahan yg disukai.
Coba kita bicarakan alternative alternative no 1, beli tanah. Investasi di tanah relative tidak liquid, lebih sulit menjualnya.
Alternative 3 juga rumah yang sudah direnovasi lalu dikontrakkan tidak likquid dan harus menunggu kontrak habis.
Jika menjadi kos kosan, % penghasilan cukup baik. Akan tetapi % keuntungan dari menjual rumah jauh lebih tinggi dibanding penghasilan dari kos kosan. Bisnis kos kosan lebih cocok bagi mereka yg sdh lansia untuk memperoleh penghasilan bulanan yang pasti. Kalau untuk bisnis lebih menguntungkan bisnis property rumah second.
Image may contain: plant, outdoor and indoor
Bisnis sampingan.
Nasib jadi karyawan, sabar menunggu hari gajian yang jumlahnya selalu kurang dibandingkan kebutuhan. Jadi harus pintar pintar bikin bisnis sampingan. Mana meninggalkan pekerjaan juga sulit.
Bisnis property salah satu yang bisa dikerjakan pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur. Kalau perlu ambil cuti hari Jumat dan hari Senin. Bisnis property juga tidak mengenal rugi.
Di hari Minggu, kami sedang training lama di Jakarta, seorang teman mengajak saya dan seorang temank melihat rumah barunya dibilangan Kelapa Gading, Jakarta. Rumah mungil, sederhana,120 meter yang membuat saya terkesima ialah lokasinya, daerah bisnis. Otak saya berfikir, bagus juga harga rumah disini.
Kami berdua langsung ke pemasaran, indend type yang sama, 120 meter. Kemudian teken kredit di Bank. Berat juga mencicil rumah itu, tapi istri senang, usia waktu itu sudah 35 thn baru punya rumah.
Berapa tahun kemudian, dipindah ke Surabaya, rumah tsb kami jual dan uangnya digunakan jadi DP bangun rumah di Surabaya di perumahan Manyar Kertoarjo. Kami pilih tanah di hoek atau sudut.
Image result for manyar kertoarjo surabaya hoek
Manyar Keroarjo, Surabaya
Tidak lama di Surabaya, dipindah lagi ke Jakarta. Rumah Surabaya dijual dengan gampang ke pengusaha rotan dari Sampit, Kalimantan. Untungnya lumayan.
Beli rumah di Kelapa Gading lagi, karena sudah kenal situasi, didepan Mal, di belakang Ruko Ruko. DPya dari jual rumah Surabaya, sisanya dari kredit Bank.
Image result for mal kelapa gading
Karena masalah dengan tetangga, sering rebutan parkir dengan tetangga yang memiliki mobil 2 - 3 buah, kami menjual rumah diatas tanah 240 meter ini. Sebelumnya istri keberatan pindah dengan berkata :
"Dari mana duit untuk menambah", katanya.
"Tidak perlu minta uangnya mom, bukan tukar tambah, ini tukar lebih, kita dapat duit"
Mendengar tambah duit, istri saya matanya hijau dan langsung setuju
Rumah baru ini lebih besar, 400 meter dan di hoek tapi agak jauh sekitar 700 meter dari Mal Klp Gading, masih di complex Klp Gading juga. Bertetangga dengan 3 Sekolah yaitu NJIS dan Korea school dan Sekolah Kristen. Buat apa tinggal dekat Mal, kalau tidak mempunyai toko.
Setelah resign, rumah ini kami jual lagi, 50% hasil penjualannya digunakan untuk modal usaha dan sisanya untuk membeli 2 unit rumah lama, ukuran 240 dan 160 meter di hoek juga. Karena terlalu besar, kami jual lagi rumah yang 160 meter dan untung. Begitulah nasib orang soleh.
Sewaktu masih aktif bekerja, sulit sekali keluar meninggalkan kantor karena se kantor dengan Direksi, kuatir jika sewaktu waktu dipanggil.Olehh karena itu
saya meminta bantuan teman satu kamar kost dulu di Yogjakarta.
"Tolong belikan tanah", kata saya serya menyerahkan selembar cheque.
Karena modal kepercayaan, dia beli tanah di kampung, di Tangerang Selatan seluas 1.000 meter. Tidak tahu saya dimana lokasinya,
Dasar barokah anak soleh dan soleha, tidak diduga dibuka jalan tol kearah lokasi tanah tsb ada exit toll, Pondok Aren, sekitar kampus STAN. Istri saya membangun 26 unit rumah petak disana. Harga tanah melecit karena adanya exit toll itu. Tidak salah beli tanah di pinggiran kota, tunggu beberapa tahun harganya naik, tidak pernah turun.
Kawan saya ini saya minta beli tanah lagi, juga saya tidak lihat, hanya kepercayaan. Lokasinya tempat tanah ini jauh, tempat jin buang anak, tanah sawah darat di perbatasan Bekasi - Bogor, 6.000 meter. Bersyukur tidak lama ada Sertifikat massal. Jadi aman. Sawah ini dikerjakan warga setempat dan kami tidak pernah menikmati hasilnya.
Image result for lippo karawaci perumahan tanpa pagar
Complex Karawaci, Tangerang
Dua property berikutnya agak seru ceritanya. Teller Bank swasta di Bendungan Hilir, tentu tahu keadaan rekening saya, beberapa kali datang keruangan saya menawarkan property.
Pertama rumah di Lippo Karawaci. Cara menawarkannya sopan akhirnya tergoda juga untuk beli. Mereka datang waktu break, makan siang. Mereka mencuri curi waktu, bisnis sampingan juga.
Saya beli satu unit rumah di Lippo Karawaci disamping itu satu unit Apartemen di Semanggi diseberang kantor saya. Keduanya hanya untuk Investasi. Rumah di Karawaci kemudian dijual sedang apartmen di Lantai 10 di Semanggi, sekarang jadi Hotel, batal karena sesuatu alasan, tetapi uang saya kembali utuh US.$ 25.000
                                   
***