Indi Mela
Saya menikah di usia 22 tahun dan setahun
kemudian suami memutuskan untuk membuka usaha Mebel kayu jati.dgn modal awal
Rp. 10 juta dari menjual perhiasan dan hutang Bank Rp 5 juta. Kami membeli alat
sederhana dan mengontrak kamar untuk tidur. Untuk kerja kami bikin gubuk dari bambu
beratap rumbia. Suami yang bertukang, sedang.saya mebantu mengamplas dll. Setelah
berjalan 5 bulan, saya mulai berani mencari seorang karyawan karena pesanan
mulai banyak.
Setahun
kemudian karyawan saya bertambah menjadi 6 orang,.selama itu saya dan suami
tetep kerja keras lembur siang malam.Harga kontrakan setiap tahun selalu
naik.saya mulai berpikir untuk membeli sebidang tanah..lalu saya bangun
seadanya agar tidak mengontrak lagi,.
Berbekal tabungan Rp. 30juta..saya membeli sebidang tanah dipelosok..jauh dari
pemukiman, kekurangannya saya pinjam ke Bank dan tanah tsb saya jadikan
jaminan. Saya tidak punya tetangga. Maklum kalo tanah yang di jalan
ramai..harganya mahal.Tidak apa, yang penting ada akses jalan.mobil bisa
masuk.meski hanya jalan tanah merah.
Setelah
pinjaman lunas..saya ambil pinjaman lagi untuk bangun rumah seadanya..yang
penting bisa tidur dan kerja.
Begitu seterusnya, setiap pinjaman selesai saya ambil lagi untuk membangun tempat kerja yang agak luas dan nyaman. Alhamdulilah pihak Bank sangat membantu.
Begitu seterusnya, setiap pinjaman selesai saya ambil lagi untuk membangun tempat kerja yang agak luas dan nyaman. Alhamdulilah pihak Bank sangat membantu.
Sekarang usaha saya sudah berjalan 10 tahun dengan.karyawan 25
orang. Memang omzet kecil..tapi semua sangat kami syukuri.dari kerja keras saya
sudah bisa bangun rumah yg layak dan beli kendaraan
Hingga sekarang saya dan suami tetap kerja siang malam.
Hingga sekarang saya dan suami tetap kerja siang malam.
Ketika ada temen sesama mebel bertanya.bagaimana cara bisa bertahan ditengah daya saing ygang ketat,.harga bahan baku naik sementara harga jual tetap.
Saya bingung juga jawabnya.karena tidak tahu resep yang jos,.tapi
baiklah saya cerita sedikit apa yang saya alami.bukan menggurui, hanya sekedar
cerita.
Awal saya buka usaha..harga bahan murah..kebutuhan pokok murah..kontrak tempat murah.sementara saya bisa jual misal satu buah lemari Rp. 5juta.Sekarang harga jual tetap
Rp 5 juta.tapi kayu naik sejuta perkubik, harga paku, lem, listrik semua naik, sebaliknya saya tidak mungkin menurunkan gaji karyawan. Menaikkan harga jual bisa bikin pelanggan pindah kelain hati.
Jadi bagaimana ?.Lalu kami pun putar otak. Fisik lemari tetap, tetapi bahan baku saya kurangi.dari yang tadinya tebal jadi tipis,yang tadinya ukiran ramai saya rubah designnya lebih sederhana, otomatis ongkos ukir berkurang.
Kita nego sama pemesan.kita beri pengertian bahwa semua harga
naik. Tetapi kalo minta kualitas bagus ya agak mahal. Kalau mereka menawar
murah ya kita layani dan kita bikin agak jelek,.yang penting kita dapat untung
meski sedikit.
Agak susah kalo kita terlalu
kaku dalam berprinsip.
Misal selama ini bikin barang berkelas..kemudian kita ogah bikin barang biasa karena takut pamor kita turun. Saya sih mikirnya..agar karyawan saya tidak menganggur..jangan sampaikaryawan berhenti kerja, kasihan soalnya.
Misal selama ini bikin barang berkelas..kemudian kita ogah bikin barang biasa karena takut pamor kita turun. Saya sih mikirnya..agar karyawan saya tidak menganggur..jangan sampaikaryawan berhenti kerja, kasihan soalnya.
Kreatif.
Wiraswasta itu harus tahan godaan
shoping...tahan begadang, tahan pusing, tahan puasa. Selama 10 thn merintis
usaha, jangan dikira kami tidak jatuh bangun dan tersungkur.
Kami
buka usaha mebel kayu jati khusus produksi lemari dan bufet. Biasanya pengrajin
hanya memproduksi satu model saja, kalau kursi ya kursi, kalau lemari ya
lemari.
Pernah selama dua bulan kami tidak dapat order sama sekali sehingga tidak ada pemasukan sama sekali.
Pernah selama dua bulan kami tidak dapat order sama sekali sehingga tidak ada pemasukan sama sekali.
Sedangkan
karyawan 25 orang tak mungkin menganggur. Meski tidak ada order, saya tetap produksi
untuk stok dan untuk itu perlu uang sekitar Rp. 35juta seminggu untuk gaji dan
beli bahan baku.Saya hanya sanggup bertahan 2 bulan. Semua cadangan dana habis,
yang saya punya hanya puluhan lemari yangg terpajang.
Kami
pusing.haruskah menyerah, belum lagi angsuran Bank dan cicilan motor karyawan..
Memang
saat genting dan kepepet, membuat kita cerdas dan kreatif. Saya dan suami pun
sibuk menghubungi kenalan.minta kerjaan. Akhirnya ada yang memberi order, tapi
di luar yang biasa kami buat.Bila biasa kami bikin lemari, kali ini teman pesan
kursi kantor, tangga dan pintu.
Suami
sempet ragu, tetapi saya yang merasa ini kesempatan dan mendorong suami untuk
menyanggupi.Saya kompori suami dan berkata : “.Masak bikin pintu gampang ga
berani, kan lebih ribet bikin lemari” Akhirnya.suami setuju.
Suami
pun sibuk membimbing karyawan.Kami bilang : “Order sepi.kita bikin yang ada, yang
penting ada duitnya.kalo gak ngikutin pasar kita tenggelam”.
Akhirnya sampai sekarang kami terima semua bentuk orderan, malah
pernah suami terima pesanan peti mati. Horror banget ya.
Pendidikan.
Sebetulnya saya tamatan sekolah perawat.tapi karena nasib, jatuhnya jadi istri tukang mebel, walau cita cita jadi PNS, tetapi setelah ikut tes PNS sampai 3 kali gagal terus. Saya merasa PNS bukan rezeki saya.
Sebetulnya saya tamatan sekolah perawat.tapi karena nasib, jatuhnya jadi istri tukang mebel, walau cita cita jadi PNS, tetapi setelah ikut tes PNS sampai 3 kali gagal terus. Saya merasa PNS bukan rezeki saya.
Nasib menentukan jodoh saya seorang tukang kayu tamatan
SMP..Seluruh teman sekolah saya jadi PNS,..dokter, perawat, kepala Puskesmas,
dosen dll . Terus terang saya minder.setiap ketemu mereka selalu
bertanya.:”.Kamu dinas dimana, suamimu pegawai apa..bla..bla” ..
Terus terang.profesi tukang kayu itu sama sekali tidak keren.
Hingga akhirnya berkat kerja keras.dan nasib baik, suami naik pangkat.jadi bos
kecil,😂lumayan
yang manggil bos ada 25 orang pekerja..Kami bisa bangun rumah, beli mobil
dan.bangun gudang..
Tanpa bantuan materi dari orang tua bagi kami pencapaian ini
sudah luar biasa.
Sekarang kalau ketemu teman, saya bisa bangga bilang :” Suami
saya tukang kayu.yang penting sebulan bisa kasih uang belanja cukup”.
Kalo teman di rumahnya memajang foto wisuda, saya cuma bisa memajang
furnitur karya sendiri.
Saya tidak bermaksud sombong, hanya meyakinkan temanyang tidak
Sekolah Tinggi,.jangan menyerah, pendidikan tinggi tidak menjamin kemapanan
hidup. Keterampilan, kerja keras dan banyak teman.lebih memudahkan kita
menjalani hidup.
Karena keberhasilan seseorang bukan hanya karena kita kaya,.tapi
lebih karena kita berguna dengan menciptakan lapangan kerja buat sesama...
No comments:
Post a Comment