12/20/2018

BUMBU MASAK INSTAN

Abuy Reyhan

Perkenalkan nama saya Yudi dari Malang, memulai usaha ini sekitar 2 tahun yang lalu. Berawal ketika saya pulang dr Saudi tahun 2013 sebagai TKI, setelah sebelumnya sempat jatuh bangun di dunia konveksi.

Pulang dari Saudi bermodal uang sedikit ada yang mengajak ikut MLM, karena waktu itu saya masih bingung mau usaha apa, dan juga yang mengajak sahabat baik. Akhirnya langsung saya iyakan.

Tapi ternyata selang beberapa bulan modal kami ludes semua di bawa upline.
Selepas itu ada teman yang mempercayakan uangnya untu saya pake jual beli motor bekas sama mobil bekas
Saya mencari unit di Kaltim kemudian dikirimkan ke Jawa Timur. Usaha inipun tidak berjalan lama
Pemasaran lancar tetapi mencari unit yang sesuai kriteria lumayan susah dan modalpun saya kembalikan.


Sekitar dua tahun saya jalani jual beli kendaraan. Tapi berawal dari situ, rekanan saya di Samarinda yang biasa mencarikan motor dan mobil, mengenalkan produk bumbu instan dan mengajak saya untuk joint.
Singkat cerita, saya ketemu produsennya dan di beri wilayah di Kalimantan Selatanl plus di beri hutang berupa bumbu buat di pasarkan di sana.

8 bulan di Kalimantan Selatan dari rutinitas sebagai sales, saya mengalami titik jenuh pada hal penghasilan lumayan. Akhirnya saya punya pikiran, bagaimana kalau usaha di Kalimantan Selatan ini saya over kepada orang lain dan nantinya setiap orang yang mau order bumbu harus melalui saya dan saya tentu ambil untung sekian persen.

Setelah presentasi beberapa orang, saya pun menemukan orang yang pas unuk menjadi rekanan saya. Dia jujur, muda plus punya dana buat take over stock yang ada dan stock titipan di pasar

Kemudian saya pindah ke Palangka raya. Tidak
perlu waktu lama, cuma 2 mingguan di sana, ada lagi orang yang take over usaha saya dengan sistem seperti di Kalimantan Selatan. Akhirnya saya ketagihan
diam di rumah tetapi tiap minggu ada yang order dari Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah yang memberi kontribusi ke saya

Saya pun terbang ke Pangkalan bun untuk "babat alas", buka pasar di sana. Dalam selang 5 bulan sudah ada lagi yang ambil alih.

Saya pulang lagi ke pulau Jawa dan mencoba berkompetisi di Jawa tepatnya di daerah Bojonegoro/ dan Blora.
Alhamdulillah dengan sistem kerja arahan dari pabrik yang saya terapkan.

Saya bisa bersaing di pulauJjawa dan lagi lagi di ambil alih oleh orang setempat. Dan sekarang saya memulai babat alas lagi di daerah Pekalongan, sudah berjalan selama satu setengah dan kayaknya tidak lama lagi sudah ada yang melirik dan mau ambil alih.

Insyaallah dlm tri wulan ini saya mau di ajak sama pihak pabrik uuntuk survey pasar ke Malaysia
Minta saran dan dukungan beserta doa dari sahabat sahabat semua agar usaha yang saya rintis bisa terus berkembang
Dan saya sekalian promosi bagi rekan rekan di wilayah yang belum ada komoditas bumbu ini bisa kita pasarkan di sana, terutama di luar pulau..

Terimakasih sudah di ijinkan belajar menulis dengan berbekal ijazah SMP saya 


BUMBU DAPUR SACHET






Akhmad Kusaini (Husein)

Perkenalkan saya dikasih nama Akhmad Kusaini, dipanggil Husein sama orang-orang, Usia baru 24 tahun jalan dan jomblo dari desa Gandrungmangu Kab. Cilacap, Jateng 53254, berdagang sayuran, bumbu dan klontong, 4 tahun silam di pasar rakyat Setuan Sidareja dengan modal nekat.

Alhamdulillah gulung tikar cuma untung relasi, tempat usaha (kios), motor, bikin kamar mandi buat ortu sama bisa bayar premi asuransi dan hutang Rp. 45 juta lunas tahun 2018 ini dan insyaallah berlanjut utang lagi (ketagihan ditagih

Memutuskan vakum karena permodalan melemah, sistem berdagang yang kurang cocok, umur terasa dikurung. Dan setahun terakhir fokus di perusahaan asuransi yang alhamdulillah klik dengan passion saya (adventure) sedikit - sedikit sudah dapet ilmunya dan komisinya, tinggal action mumpung masih muda. Insya Allah di bisnis ini saya komitmen seumur hidup. 

Biar kacang tidak lupa kulitnya, sayapun mengulang kenangan 4 tahun silam jualan bawang merah lagi kecil-kecilan dengan desain packing yang lebih cool dan segala atributnya.
Kalau dulu yang digoreng adalah 'sisa' dari pilihan pembeli sekarang sudah tidak lagi, melainkan join sama bandarnya. Kenapa tidak produksi sendiri?. Karena lebih efisien ini dan menunjang profesi belakangnya.

Pemasaran melalui Online gratisan
dan nitip di Swalayan, dan kadang memberi Quota kepada teman, bahkan yang tidak kenal sekalipun buat bom ke grup Sosmed mereka.

Alhamdulillah keluar kandang juga produknya, jelas kurang greget karena modal lagi kekeringan. Akhirnya opsi gratis pun saya 'embat', berikan masukan di group ini..
Sharing disini lebih ke perkenalan biar menambah relasi dan ilmu, tentunya sekalian mencari masukan dari para master disini, biar hidup makin hidup.
Apakah langkah saya patut dipertahankan atau didedikasikan saja keorang lain sementara modal kekeringan? 

Maaf tulisannya tidak sopan ala anak jalanan semoga  menginspirasi dan jadi koreksi saya pribadi.


Salam dari Cilacap




                                    ***