4/13/2018

POWER OF EMAK EMAK



Mbak Endah
Karena krisis global tahun 2009 ada PHK massal, maka suami saya mengajak saya kembali ke Biak, Papua. Sebelumnya saya dan keluarga tinggal di Surabaya. .Di Biak orang tua saya tinggal dan punya usaha warung makan Nasi Pecel Kediri.

Sesampai di Biak saya jualan Es doger dan Es campur, karena jualan saya bergabung dengan usaha ibu, jadi tidak begitu sulit dan pelanggan pun sudah banyak. Di tambah lagi yang saya jual termasuk Es model baru yang belum pernah ada di kota Biak.
Pendapatan saya lumayan, disamping saya punya usaha lain MLM, sepertii Shopie Martin, Oriflame dll. Kemudian ada adik saya yang di Surabaya kirim baju untuk saya jual. Jadi semakin banyak pendapatan saya.

No automatic alt text available.

Akhirnya saya punya inisiatif pinjam uang di Bank untuk mecari kontrakan rumah sendiri. Dan modal saya pakai belanja baju langsung ke Surabaya  setiap 6 bln sekali untuk belanja seperti baju, sprei, sepatu, sandal,tas dan juga HP, yang memang sudah pesanan pembeli
.
Barang yang saya beli bukan dari pasar grosir, tetapi dari Mall atau distro. Karena pembeli tidak mau barang yang di beli itu kembar atau murahan. Jadi harga berapapun mreka akan beli asal barang bagus dan tdk ada yang menyaingi.


Related image

Cuma saja cara saya berjualan yang salah. Yaitu mengkreditkan dan saya selalu kalah kalau menagih hutang, saya sering mengalah.. Akibatnya bnyk yang berhutang bayar seenaknya, bahkan ada yang tidak membayar. Lama kelamaan saya hancur sendiri.
Dalam kejatuhan saya, kondisi rumah tangga juga hancur dimana  suami pergi meninggalkan anak yang masih kecil kecil dan hutang bank yang lumayanan Usaha saya bangkrut. Tahun 2012 adalah tahun yang sangat suram bagi saya.
Teman saya menolong untuk bekerja, ikutan jadi MITRA di kantor BPS. Padahal saya sedang sembunyi dari para penagih hutang karena saya merasa tidak punya muka dan harga diri di lihat orang..
Tetapi pada akhirnya saya mau bekerja di BPS dan sana saya kumpulkan modal lagi. Saya berjualan Es goder, juice dan bubur ayam. Saya mulai dari awal lagi sambil mengangsur hutang saya di 2 Bank dan rentenir. Saya bayar semampu saya yaitu dengan bekerja jadi Mitra BPS.
Jualan masih jatuh bangun, berganti ganti masakan atau menu saya jalani. Jualan sop buah, warung kopi, nasi kuning, nasi rainbow dll. Tetapi masih belum menghasilkan yang ideal.
Thn 2016 bulan februari. usaha ibu saya jatuh hancur karena hutang di rentenir. Akhirnya Ibu pulang ke Jawa meninggalkan beban yang berat dan membuat ku gelap. Berjuang seorang diri, biaya anak, biaya rumah sewa, listrik,air dan para penagih hutang yang harus saya hadapi..Saya terpuruk untuk yang ke dua kalinya.  Ada perasaan putus asa disana.
Ada seorang teman, memberikan nasehat, jika saya bisa membayar tanggungan Ibu saya dan tetap berusaha untuk anak anak saya, Tuhan pasti kasih jalan. Apa yang saya lakukan adalah sebagai bakti anak terhadap orang tua.
Dari sana saya bangkit dan,teman di BPS selalu memberi jalan dan support yang luar biasa.
Saya buka warung Nasi PECEL dan menu masakan rumahan sambil tetap kerja di BPS, plus kerja setrika baju di rumah org, Rangkap rangkap kerja saya jalani. 

No automatic alt text available.

Saya bertekad ingin keluar dan tidak mau berlarut larut dalam masalah ini.
Dua tahun berlalu, tanpa terasa saya berdiri tegar dengan anak anak saya, jualan Warung makan Nasi Pecel Kediri.

Saya sudah menyelesaikan hutang ibu sebagian besar, dan bisa beli motor sendiri, punya tabungan walupun tidak banyak. Dan yang lebih senang adalah terbebas dari segala hutang. Saya jadikan pelajaran kejatuhan itu agar berhati hati benar mengelola uang.
Warung Pecel Kediri, melayani catering, pesanan nasi kotak, pesanan prasmanan untuk acara dan melayani pesan antar minimal Rp. 50.000 khusus kota Biak. Kadang juga jualan baju, kue atau apa saja yg menghasilkan keuntungan.
Saya belumlah sukses secara finansial,karena rumah masih sewa. Tapi saya merasa sukses karena bisa keluar dari masalah.
Badai pasti berlalu. Sekarang sedang mempersiapkan kuliahnya anak saya. Dan saya sedang menjalin rekanan usaha dengan beberapa teman. Semoga Allah senantiasa membukakan pintu rejeki untuk kami limpahan rahmat untuk keluarga saya... Aamiin

MAKANAN DAERAH ASAL

Image result for lontong kupang surabaya
Lontong Kupang, Surabaya
Memories are the treasures that we keep locked deep within the storehouse of our souls, to keep our hearts warm when we are lonely.” — Becky Aligada.
Sekitar tahun 2004 saya di undang ke Dubai, setelah turun dari pesawat, melewati duty free store , saya terkagum kagum
Sebelumnya di Surabaya yang saya tau hanya becak, bemo dan ojek, di Dubay saya melihat dan menyentuh Rollroyce Phantom. Mobil yang hanya saya lihat di majalah “autobild”, langganan saya. Mobil itu di pajang sebagai hadiah undian bila belanja di duty free
.
Image result for dubai welcome
Kegaguman saya belum berahir, ketika keluar ke tempat parkir, Lamborgini, Mustang, Ferrari, Bentley, Lincoln, Cadilac , Porche,GMC wow wow wow .. OMG.
Saya tinggal kurang lebih 1.5 bulan menikmati jalan2, hingga suatu saat tahu ada sebuah supermarket yang unik, dimana didalamnya menjual barang barang dan makanan Indonesia .
Lumpang, alu kecil, cobek, ulek2, krupuk sarmiler, krupuk emping, manga gadung, rambutan, kacang mentah segar siap rebus, nangka dll. Disitu ingatan melayang kembali ke desa,di mana saya dulu berasal.
Saya bertanya dalam hati kenapa ada orang menjual barang barang beginian dengan harga fantastis. anda bisa membayangkan rambutan isi 4 butir, kalo di belikan di Surabaya bisa dapat ber kilo kilo, apa lagi ulek ulek.
Jawabannya adalah di Dubai banyak warga Indonesia yang menetap dan ada juga yang menikah dengan orang local Mereka kangen tempat aslinya, peluang ini di tangkap pe bisnis, sehingga menghasilkan uang dari ingatan masa lalu .
Dari tanyangan youtube, saya melihat orang jualan rujak, nasi campur, indomie dengan harga lebih mahal dari makanan McDonald, di Amerika Serikat dan laris manis.
Seorang teman memberi tahu di Jakarta lontong kupang dan masakan makanan Surabaya begitu laris, padahal mungkin harganya berlipat lipat dari kota asalnya, Surabaya .
Kenapa orang tetap mau beli, karena yang di cari bukan kenyang tapi kenangan.
Di Surabaya sendiri banyak restoran Manado, Palembang, Padang, Batak dan daerah lain yang ramai pembeli dari orang orang yang kangen kampung halaman.Ini adalah potensi yang bisa kita gali sehingga menghasilkan uang Kita bisa mengamati populasi orang luar daerah atau luar negeri.


Image result for empek empek
                   Empek empek

Image result for sate madura
                        Sate Madura

Image result for bubur manado
                    Bubur Manado

Kemudian menyajikan menu sesuai daerahnya se otentik mungkin, maka uang akan mengalir ke kantong kita dari orang orang yang merindukan romantisme masalalu dan biasanya tidak banyak pesaing di segmen ini .Perlu keseriusan dan upaya besar menghadirkan sentuhan ini, tapi sebanding dengan hasilnya .
Silahkan amati pelajari dan paling penting melangkah mengambil resiko menggali potensi ini agar benar2 bisa mengisi kantong kita .
Image may contain: 2 people, people smiling, people standing and closeup
     Burhan Green Crab


BISNIS BATU SABUN

Image may contain: food

Dion Bustaman

"Kabarnya kamu bisnis batu?"
"Iya, Bos. Makanya tempo hari saya bisa lunasin hutang. Mumpung banyak orang Cina yang ngidam batu ini."
"Kok kamu nggak ngajak sih?"
"Aduh, Bos, tempo hari saya minta bos bayar batu sabun yg segede helm itu bos kan nggak mau, Itu kan cuma sejuta."
"Oya. masih ada nggak? Saya mau tuh."
"Walah, dah laku, bos, saya jual 48 juta."

Dia terdiam karena saya tega benar bilang begitu. Tapi biarlah, habis sudah terlanjur. Saya ingat waktu mengajak si Bos 'hunting' batu sabun. Pas dapat, saya minta dia bayar batu itu, dia menolak.
"Saya pinjam aja sama bos sejuta. Secepatnya saya ganti, nggak sampai seminggu kok."
"Nggak ah. Yang 200 aja kamu blon bayar."
Saya diam, apa boleh buat karena usaha saya lagi benar benar bangkrut, hutang menumpuk, sampai beras pun hutang di warung.

Esoknya saya main di rumah teman sependeritaan yang sama sama bangkrut. Di situ lagi ramai karena ada orang lokasi yang minta dijualkan dua bongkah batu sabunnya, dimasukkan kedalam dua dus bekas supermi.


No automatic alt text available.


"Nah, ini orangnya.", sambil teman nunjuk saya.
"Kamu tetangga sama orang Taiwan kan? Nih ada batu sabun, tawarin gih!"
Saya perhatikan kedua batunya, warnanya orange matang ketika disorot dengan lampu senter.
"35 juta aja, kalau laku potong 5% buat komisi."
"Mahal ya. Saya musti tawarin berapa dong? Saya awam harga."
"Ya berapa aja, terserah, mau seratus, dua ratus, tergantung beraninya. Pokoknya gini aja, setor 32 juta aja, 10% tuh.".


Karena butuh, langsung batu itu saya angkut pakai Vespa tua kesayangan. Lalu saya minta nomor HP pemilik barang buat nanti kalau ada penawaran.
"Berapa ini mau jual?" bos Taiwan langsung tanya ketika saya sodorkan kedua batu itu. Saya bingung, berapa harus buka harga, Rp 100 juta kemahalan ?. Jangan jangan bos Taiwan tidak mau atau bisa bisa saya langsung disuruh pergi.


Image result for vespa tua


"Berapa bos berani?", tanya saya.
Setelah bolak-balik disenter, dia mengacungkan 2 jari. Dia tahu saya tidak fasih bahasa Mandarin walau mata saya sipit juga. Jadi dengan kode tangan pun cukuplah.
“Dua jari artinya dua puluh juta bos. Waduh, modalnya lebih bos."
"Dua ratus juta.!!", katanya setengah berteriak.
Saya cuma sekali nawar. Karena saya bingung, lalu sedikit menjauh untuk kontak pemilik barang dengan HP jadul. Singkat saja saya tanya.
"Habisnya berapa?"
"Potong 10%, ya 32 lah. Atau gini aja. 30 juta, tuan rumah nanti bagi."
Jantung saya berdebar seketika karena sudah ada kepastian. Tapi coba coba lagi deh..
"Bisa nawar lebih nggak bos?"
"Sudah. 210 juta aja, saya bayar kontan, kalau tidak bawa lagi sana. Kamu tetangga saya. jual batu bagus, daripada bikin mebel rumahan seperti kamu."


Image result for lembaran rp 100000 uang kertas tumpukan


Saya ingat, dialah yg menyarankan saya bisnis batu. Kalau lagi booming pasti untung gede, lamunan saya waktu itu.
Dengan sedikit gemetar, saya hanya mengitung gepokan uang seratus ribuan, yang bos kasih. 21 gepok. Lalu saya minta kantong kresek.
"Cukup! Xie xie, laopan!" Saya beranikan diri mengucapkan terimakasih dengan bahasa Mandarin. Dia pun tersenyum.
" Kalau ada lagi, cepat bawa sini, lusa saya pulang ke Taiwan."
Saya mengangguk dengan senyum sumingrah. Bakal lunas semua hutang saya ke warung dan juga ke yang lain. Semua akan saya lunasin, pasti ini cukup.

Tapi bagaimana ya saya setor ke pemilik barang. Katanya cukup Rp. 30 juta. Waduh, kurang dari sejam untung kok sampe Rp. 180 juta. Gede banget. Kalau ketahuan saya jual begitu mahal gimana ya? Terus terang, apa jangan?. Rasanya tidak enak juga kalau ketahuan.

Saya mampir si Rumah Makan Padang, beli 5 bungkus nasi rendang perkedel, sambil menunggu, otak saya terus berputar.


Related image

Setelah parkir Vespa, saya masuk ke rumah kawan sambil menenteng 2 keresek besar.
"Wah, apaan tuh, duit?"
"Nasi padang bos, 5 bungkus nasi, yang satu ini buat di rumah saya. Oya, ini uang batu. 30 juta ya."
Saya menyerahkan 3 gepokan uang merah. Mereka bertiga sama sama menggitung. Lalu yg satu berdiri, menyodorkan tangan untuk salaman.
"Kalau ada lagi gimana? Taiwannya masih mau?"
"Kayaknya sih mau, tapi lusa dia dah pulang Taiwan."
Setelah basa-basi, mereka pamit. Tinggal saya dengan tuan rumah dan Asiung, teman sependeritaan yang baru datang.  Nama samaranlah.

"Laku 32 apa 35?", tanya nyonya rumah sambil sibuk mengurus baju jemuran. Saya menyerahkan uang Rp. 2 juta sedang Asiung Rp 500 ribu sebagai uang kaget.
Keduanya senang. Nyonya rumah percaya saya walau tidak bilang berapa lakunya. Kalau pun tidak, apa urusannya, pikir saya.


Tapi di jalan pulang, saya jadi tidak enak hati, masak saya untung Rp.180 juta, nyonya rumah cuma kasih Rp. 2 juta?. Dengan ikhlas saya serahkan lagi tambahan Rp. 27 juta. Nyonya rumah melongo.
"Gede bener? Untung berapa sih, laku berapa?"
Nah, ini dia. Kalau saya terbuka pasti jadi masalah. Saya hanya senyum.
"Terima ajalah, cukup bayar utang kan?"
Beres disitu, saya pulang, serahkan semua uang keuntungan. Setengah percaya dihitungnya uang itu.


Anak bungsu saya langsung nyeletuk: " Bisa buat nebus ijasah dong Pah?"
Saya cuma mengangguk. Ingat waktu itu sudah 4 bulan dia lulus SMA dengan ranking 3. Bea siswa yang didapat tentu sudah kelewat. Terpaksa tunggu tahun depan.
"Beli beras 20 karung, lalu terus bagikan tetangga. Yang Rp. 100 juta simpan untuk modal kuliah nanti."

Baru jam satu siang waktu itu, saya nekad dengan Vespa butut ke Sagaranten, lokasi batu sabun. Saya temui pemilik batu sabun segede helm yg tempo hari dia minta Rp. 1 juta.
Dasar rejeki, batunya masih ada dan cukup bayar Rp 800.000 saja.
Hampir jam 9 malam, saya langsung temuin bos Taiwan. Saya tidak buka harga, biarkan dia saja yang menilai karena memang saya awam soal batu. Ada lebih syukur, balik modal juga tidak apa apa.Ternyata rejeki memang tidak bisa ditolak. Bos langsung bayar Rp.  48 juta.
Wow! Duit lagi....!


Beres transaksi, bos langsung menawarkan minum Kao Liang Phi Ciu, alkohol 58 %. Hadeuh, penyakit lama kambuh. Tapi lantaran dengan bos jadi tetangga, mana lagi untung gede, minumlah saya malam itu sampai mabuk.
Tawaran: " kan pei..."
" Kan pei ",sambil diiringi lagu mandarin "Phei Ciu...."


Image may contain: Dion Boestaman, outdoor