Ade Rahardja
Sejak 2009 saya menggeluti bisnis property sebagai pengembang,
yang tentu hal baru bagi saya seorang profesional pelayan kesehatan. Tidak
"ujug - ujug",dimulai saat sejawat saya (dokter) membeli franchise
Agent Property yang kemudian mengajak saya menjadi property konsultan. Saya pun
setuju, sambil on the job training.
Pembekalan saya jalani dan menjadi mulai mengerti bagaimana
mencari listing, kanvasing, flyreing dan yang paling berkesan buat saya adalah teori “Magic 25”.
Ternyata menjual property yang paling efektif adalah menginformasikan pada radius 25 rumah disekitar listing rumah yamg kita punyai.
Anda bisa bayangkan disebuah kota yang berpenduduk 850 ribu jiwa dan saya adalah seorang tenaga kesehatan yang bertemu banyak pasien tentu dan mengenal saya.
Ternyata menjual property yang paling efektif adalah menginformasikan pada radius 25 rumah disekitar listing rumah yamg kita punyai.
Anda bisa bayangkan disebuah kota yang berpenduduk 850 ribu jiwa dan saya adalah seorang tenaga kesehatan yang bertemu banyak pasien tentu dan mengenal saya.
Melawan rasa "prestige" saya pun tetap flyering dan kanvasing
terutama sehabis shalat Jumat membagikan flyer tersebut. Hasilnya saya punya
listing (rumah yang akan saya jual) dan melakukan kegiatan penjualan.
Meskipun hasilnya sebagai property
konsultan hanya berhasil menjual tanah, menjual satu unit rumah dan menyewakan
ruko sebelum berhenti menjadi property konsultan karena kesibukan praktek, namun
saya merasakan "sensasi" transaksi property.
Pada akhirnya bertemu dengan
seorang klien praktek saya yang menitipkan (konsinyasi) tanahnya yang cukup
luas untuk saya developed.
Tahun 2009 saya naik tingkat menjadi
pengembang property, yang ternyata jauh lebih rumit sequensialnya. Saya akan
membagi pengalaman getir dan manisnya jadi pengembang. Banyak dari sahabat juga
sebagai admin memberi komentar dibawah tulisan ini.
Sekarang flyering, kavasing dan iklan baris tidak begitu efektif dalam menyampaikan informasi produk kita, setidaknya pengalaman saya. Fakta bahwa saya merekayasa property secondary klien saya dan akhirnya mendapatkan hot prospek dari digital ecosistem melalui internet. Dan ahirnya pada bulan maret kemaren saya mendapatkan pembeli unit saya dan sekarang saya sedang proses kredit KPR di Bank. Berikut gambar rumah secodary yang saya jual.
Sekarang flyering, kavasing dan iklan baris tidak begitu efektif dalam menyampaikan informasi produk kita, setidaknya pengalaman saya. Fakta bahwa saya merekayasa property secondary klien saya dan akhirnya mendapatkan hot prospek dari digital ecosistem melalui internet. Dan ahirnya pada bulan maret kemaren saya mendapatkan pembeli unit saya dan sekarang saya sedang proses kredit KPR di Bank. Berikut gambar rumah secodary yang saya jual.
Perlu diingat bahwa ada
sebuah “dogma” untuk usaha jual beli rumah secondary. apabila kita ingin
menjual rumah dengan cepat pada harga pasar atau dibawahnya.
Ketrampilan memperoleh
stok rumah untuk dijual kembali adalah pada saat menemukan alasan mengapa orang
menjual propertynya. Ada empat alasan kenapa orang menjual property lebih murah
dari harga pasar yaitu :
1. Menjual karena terlilit hutang
2. Menjual karena mau membagi waris
3. Menjual karena perceraian
4. Menjual karena mau pindah ke kota lain.
1. Menjual karena terlilit hutang
2. Menjual karena mau membagi waris
3. Menjual karena perceraian
4. Menjual karena mau pindah ke kota lain.
Selain
berpatokan pada empat alasan tersebut, ada baiknya kita mengintip harga pasar
melalui jasa KJPP dengan membayar ratusan ribu rupiah saja. Tapi Anda harus
memiliki dasar yang kuat untuk menawar. Untuk orang yang telah terampil, mereka
menggunakan pengalamannya untuk menilai harga pasar.
Setelah itu silakan Anda
renovasi untuk meperbaiki fitur rumah agar meningkat harga pasarnya. Bagi para
milenial, mereka sangat suka dapur yang luas dan bisa untuk kongkow bersama
sahabat. Atau bagi kelas menengah ingin memiliki gudang ataupun carport yang
lebih luas. Untuk mempelajari keinginan konsumen, perbanyak berkomunikasi
dengan konsultan property Anda.
Karena pada dasarnya
sukses berbisnis jual beli rumah secondary adalah Untung Saat Membeli Bukan Untung
Saat Menjual, kita akan untung apabila memapu membeli harga dibawah
harga pasar dan menjual nya pada harga pasar.
No comments:
Post a Comment