12/14/2018

MENGAPA HARUS MEMBANGUN MARKET SENDIRI


Dasarnya produk itu hanyalah barang yang bisa ditiru dan kita tidak bisa mempatenkannya.
Jadi wajar saja ketika penjualan naik dan profit meningkat, ada saja yang cemburu.
Berusaha membuat produk kloningan.
Dan ketika pemasaran sudah stabil atau cenderung baik. Maka direbutlah pangsanya.
Distributor adalah orang yang paling berkuasa, ketika konsumen bertanya bagaimana produk anu, mereka bisa jawab. Produk anu sudah tutup... Ini gantinya.
Kan?
.
Jadi untuk menghindari hal hal seperti itu, sebaiknya pemasaran dilakukan sendiri.
Mungkin saat ini berdarah darah dan lelah. Tapi setelahnya kita bisa nikmati tanpa khawatir.
.
Cerita tentang almarhum mama yang bangkrut justru karena sahabat yang bahkan lebih dari saudara.
Lin yang notabene dipercaya sebagai distributor es krim mama tanpa syarat, justru merusak produk mama dengan cara menjemur sesaat setelah produk dikirim.
Maka banyak barang rejek,otomatis merugi.
Setelah mama mundur dari dunia es krim... Sang saudara angkat bikin pabrik sendiri dengan resep yang digunakan mama.
.
Sebab itu saya belajar.... Meski saudara harus ada legalitas hitam diatas putih jika berurusan dengan bisnis
.
#momystory
Lin:nama samaran

ENINGGALKAN ZONA AMAN




#ComfortZone

Sebagai echelon II di Bank BUMN ruang kantor 4×5 meter di bilangan Semanggi dapat fasilitas rumah dan pengobatan full kendaraan merek Jerman. Ke luar Negeri minimal 1x setahun. Berada di wilayah Comfort zone.

Sejak tugas di daerah 3 dekade lalu saya sudah terlibat bisnis property, tanah dan bangunan hingga saya resign. Secara financial saya sudah siap membuka usaha sendiri.

Disela sela tugas formal, saya sudah urus pembuatan badan usaha, PT beserta ijin ijinnya lengkap.

Disitu ada opportunity kesempatan secara financial dan formal kita sudah siap.

Kesempatan pertama.

Ada Franchise California fried chilcken. Saya sudah bayar Rp 125 juta thn 1995. Sudah job training dan rencana tgl opening ceremony. Tetapi ada masalah antara pemilik gedung dengan California Fried chicken. Acara batal. Saya mundur. Untung uang saya kembali utuh 100%.

Kesempatan lain datang lagi yaitu sewa alat berat. Saya survey ke lapangan dan menguntungkan diatas kertas. Kesempatan tidak saya sia siakan . Urus ijin PMDN di kantor BKPM dan impor bebas Bea masuk. Urus pinjaman Leasing. Tentu networks pertemanan sangat membantu.

Sebelum resign, dr pagi sampai.petang pakai dasi di ruang AC, makan disiapkan. Setelah buka usaha sendiri switch mental 180 derajat sebagai mental pengusaha. Rumah sendiri, gaji pensiun sangat kecil. Tidak ada fasilitas pengobatan. Celana jeans sepatu kets.

Meninggalkan Comfort zone jangan coba coba tanpa mempersiapkan switch mental, financial dan formal. Disitu ada opportunity tangkap karena kesempatan tidak datang 2 kali.

Tidak harus bidang usaha yang kita kuasai. Bidang apapun kita bisa pelajari dibantu oleh orang yang ahli










ANTARA BANK & IMVESTOR








#Modal

Memenuhi permintaan anggota saya coba menjelaskan alternatif pilihan untuk kita diskusikan.

Beberapa postingan mempertanyakan komposisi bagi hasil

Ada juga tulisan dan komen agar menghindari pinjam ke Bank. Tetapi ada beberap orang yang malah dikejar Bank untuk menambah kreditnya.

Mari kita coba bicara pilihan investor. Memilih investor karena tidak ribet dengan segala macam persyaratan. Kadang malah karena saling percaya justru tidak memakai Surat perjanjian.

Begitu juga dengan investor peer to peer di Fintech dengan bunga yang relatif tinggi karena risiko tinggi. High risk high return.

Memilih investor pada umumnya relatif nominal kategori kecil dan mikro.

Hubungan dengan investor pada umumnya antar teman atau keluarga yang saling mempercayai dengan atau tanpa agunan.

Memilih Bank pada umumnya wirausaha yang dapat dan mau mengurus berbagai izin dan dokumen agunan barang tidak bergerak maupun barang bergerak.

Jika Bank sudah percaya melihat perkembangan usaha maupun transaksi di rekening, Bank dengan relatif murah hati menambah pinjamannya. Karena wirausaha yang prospeknya baik nominal kredit tidak ada batasannya.

Lagi pula investor mendapat bagian keuntungan besar. Sedang fihak Bank hanya dapat sebahagian kecil berupa bunga.

Pengalaman invest diusaha teman kurang baik hasilnya walau sudah ada Surat perjanjian tetap hasilnya tidak menguntungkan.

Sedang sebagai bankir sudah diseleksi calon peminjam dan menguntungkan buat Bank, belum pernah saya sampai menyita agunan nasabah.

JASA MENYUSUN MASTER PLAN IT




#TekhologyInformasi

Membuat Master plan IT itu tidaklah mudah buat saya yang background ekonom. Tapi seorang teman baik agen hardware merek Jepang minta saya menjadi Pimpinan proyek di satu BUMN, PT.Taspen.

Teman lama yang mempercayai saya dan saya percaya kepadanya selama 10 thn. Tawaran tsb saya terima. Walau teman baik saya tetap membuat Surat perjanjian besar fee dan jangka waktu.

Dari fihak saya ada 4 orang disamping bantuan beberapa dosen P.T dibidang IT terkenal di Jakarta Barat.

Dalam proses penyusunannya kami harus diskusi dng cabang Malang, Makassar dan Pekanbaru. Juga diskusi dengan beberapa divisi di Taspen pusat, Rapat besar dng semua divisi di Bogor dan presentasi dng Direksi PT.Taspen.

Terus terang saya minder sebenarnya, lebih jago staf Taspen dan merasa kecil di depan Direksi Taspen.

Berkat kerjssama Team Master plan tsb rampung juga. Tdk tahu dilaksanakan atau tidak.

Sementara Master plan dikerjakan dapat job lain lagi yaitu menyusun Master plan IT Bank Sumsel. Sudah diskusi dengan kalangan staf Bank Sumsel di Palembang

Bahlan rencana akan dapat order dari Bank Bali Denpasar.

Masalah timbul karema pembayaran termin saya ditunda menunggu proyek Bank Sumsel dan Bank Bali dapat dulu.

Kebetulan yang in charge dalam proyrk bulan teman saya tetapi anaknya yg masih muda lulusan Texas dibantu seorang General manager.

Dalam nego teralhir saya minta termijn saya dilunasi dulu sebelum lanjut demgan proyek lain. Sebelum dilunasi saya tidak bersedia lagi mengerjakan proyek lain.

Pesan.

Untung saya membuat surat perjanjian sehingga mereka tidak bisa menghindar untul membayar sesuai termijn dan pada waktunya








PERMINTAAN LOKAL & EKSPOR TINGGI




Sebenarnya topik ini casenya anggota, ibu Sri Elisabet Sitanggang dari Bandung yang meminta saran atas masalah yang dihadapinya yaitu :

1. Purcahse order tidak dapat dipenuhi.

2. Masalah pembayaran dimana petani minta cash atau DP 50%, sedang pembeli bayarnya nanti atau pakai L/C.

3. Kurang faham transaksi L/C.

Secara theory masalah pokok tsb mudah diatasi dengan cara sbb:

1. Modal untuk menjembatani turn over perputaran uang bisa mengajukan kredit ke Bank untuk membayar petani. Bank sangat senang mengetahui besarnya Purchase order, yang menjamin bahwa barang agro bisnis itu laku terjual dan uangnya akan masuk rekening di Bank tsb sehingga kredit tidak akan menunggak.

Tentu Bank akan meminta jaminan atau borg untuk membiayai 1 Container produk tsb. Itu biasa walau PO atau kontrak sudah ada.

Sepanjang keuntungan cukup untuk membayar bunga kredit, kenapa tidak ambil pinjaman bank.

Coba berbicara dengan staf Bank kalau bisa ketemu dengan kepala cabang Bank tsb. Dengan senang hati Kepala cabang bank tsb akan menjelaskan ttg kredit dan prosedur eksport.


2. L/C.

Pelajari baik baik yang tertulis dalam Purchse order karena isi PO tsb yang akan ditulis dalam L/C. Dengan L/C sight pembayaran dilakukan segera setelah barang naik kapal dan kapten kapal teken Bill of Lading. Dengan menunjukkan B/L tsb Bank langsung akan membayar. Dan Rekening Koran pinjaman akan turun atau nihil. Sehingga bunga kecil yaitu dihitung berapa hari lamanya proses ekspor barang sampai masuk kapal.

Sedikit tambahan agar L/C tsb dng clausule CIF. Harga barang sudah termasuk cost biaya transport dan asuransi.

Dan untuk mengurangi perselisihan barang sudah ada hasil test laboratorium atau Certificate of Analysis atau CoA.

3. L/C Dalam Negeri. SKBDN.

Transaksi dalam Negeri juga bisa dengan cara L/C lebih simple dari L/C ekspor. Tanyakan ke bank. Pilih bank yang sudah biasa melsyani L/C.

4. Belajar ekspor bisa dengan:

a. Bank

b. Deperindag terdekat. Bahkan ada trainingnya.

c. Forwarder atau EMKL

d. Rumah Kreatif BUMN setempat. Sering ada training juga.

Semoga bisa membantu.


DARI BANKIR JADI PEMINJAM


(Dari Kreditur menjadi debitur).
Dari SD sampai SMEP saya sudah ikut bapak dan ibu jual beli dipasar pasar kampung dan kios di kota Sibolga hingga angkutan antar 3 Kabupaten di Tapanuli.
Kemudian SMEA pindah ikut pak lik (Bapak Uda) di kota lain berjualan pecah belah di pinggir jalan.
Tentu hal tsb mempengaruhi jiwa dagang saya untuk kemudian ingin berusaha sendiri.
Tetapi niat berusaha tsb kemudian terpendam cukup lama karena kuliah di bidang ekonomi dan kemudian menjadi bankir atau kreditur, 2 x menjadi wakil pimpinan cabang dan 3 x pimpinan cabang dan sampai jadi wakil kepala divisi di pusat.
Sebelum jadi bankir sempat 4 thn menjadi staf dan kepala fabrik karet khusus untuk ekspor di Sumatera Utara.
Jadi pengalaman cukup lama sebagai bankir atau kreditur. Tentu melewati masa masa sulit, job training, gaji pas pasan dengan naik turun bus umum. Menjadi wakil pimpinan cabang juga tidak mudah makan hati menekan perasaan sebagai ban serap.
Modal sebagai bankir cukup mengetahui kharacter peminjam disemua sektor. Menilai permintaan kredit mini sampai kredit korporasi. Mulai dari kota kecil di perbatasan Timor Leste, kota Atambua, kota industri di Kudus dan Cabang Pahlawan, Surabaya. Yang terbesar kredit nasabah yg saya berikan sebesar Rp 87 milyard thn 1987 yang lalu di cabang Surabaya yaitu fabrik kertas di Sidoarjo. Banyak debitur lain peminjam kredit untuk ekspor di Surabaya. Kredit ekspor ini tidak pernah menunggak.
Disamping itu menganalisa proposal kredit negara Mexico ketika training bankir di Philadelpia, Amerika Serikat dan training di Manila, Bangkok dan Kuala Lumpur.

Jiwa dagang sejak kecil ingin buka usaha sendiri dan akhirnya resign dari bank membuka usaha sendiri dengan meminjam dari perusahaan joint venture Jepang dan Indonesia.
Setelah dapat kredit saya buka Letter of Credit (L/C) untuk impor barang dari Finland.
Pengalaman sebagai bankir atau kreditur sangat membantu saya sebagai peminjam atau debitur dan juga sangat membantu dalam menjalankan operasi perusahaan sendiri.
Pengalaman baik sebagai kreditur maupun sebagai debitur itulah yang saya sering tulis .
Walau saya berbagi, saya merasa tidak kekurangan, malah tambah pintar mengetahui berbagai jenis usaha yang belum pernah saya ketahui. Memperluas pertemanan atau Network dan makin banyak anggota yang berani menuliskan pengalamannya di group ini. Sangat bermanfaat bagi anggota lain.
Dan itulah sumbangsih saya kepada bangsa yang sudah merdeka 73 thn.

USAHA TRAVEL DNG MODAL GOOGLE, TRUST & NEKAD



"Ayo pak makan rebus rebus ke mal", kata istri.
"Ayo ayo, tapi yg nyetir jangan saya"
"Kenapa?"
"Ada kulgram jam 20"
"Ya sudah saya yg nyetir", kata putri saya.
Kulgram ke 4 saya moderator krn teman admin neng Lala acara keluarga ke Tasik, ibu dok Atmi Roseva ke Banten. antar anak ke Pesantren. Bu Esabeth Santoso mati lampu di Lampung, pak Raden W Siahaan juga sibuk.
Dari diskusi 90 menit diambil kesimpulan oleh mentor, pak Arief Ismoyo dari Surabaya sbb :
Saya rekomendasi memulai usaha.
1. Niat
2. Maksimalkan tekhnologi dalam hal ini : Gugel dan medsos. Buat grup/komunitas di medsos sbg "pasar kita".
3. Bikin ulasan wisata dan open trip sebanyak mungkin
4. Maksimalkan you tube
5. Persiapkan segala sesuatu yg berkaitan dgn keamanan, yaitu asuransi.
5. Siapkan mental utk menghadapi hal terburuk.
6. Jangan baper ketika menemani peserta.
7. Berdoa agar semuanya lancar.


Ini rangkuman diskusi :
1. Ciptakan Pembeli/konsumen.
Kata yg agak tepat, mungkin "kumpulkan" pembeli.
Sebagus apapun produk jika tdk terjual krn tdk ada pembeli cuma memenuhi "gudang penyimpanan" saja.
Selain itu, pertimbangan yg paling mendasar knp saya harus "mengumpulkan" pembeli, karena saya menyadari kelemahan usaha saya.
kalo saya membuat proposal penawaran yg kemudian saya tawarkan door to door ,peluangnya cuma setipis tempe ATM.
Karena saya harus "melawan" para pemain pariwisata yg lbh dahulu ada.
Langkah "menciptakan" pembeli adalah dgn memanfaatkan medsos.
Saya membuat grup di FB, saya beri nama "jelajah wisata Nusantara".
Setelah grup terbentuk,dan sdh terkumpul pd saat itu 1000 anggota grup,maka mulailah saya menjalankan langkah kedua,yaitu "membuat" produk.
2. Membuat produk wisata.
Yg dimaksud disini adalah membuat paket wisata.
Komposisi dlm paket wisata tsb adalah :
♡Transportasi
♡Akomodasi ( jika menginap)
♡Konsumsi
♡Tiket masuk wisata
♡Biaya lain2.
Biasanya saya tambahkan 15% margin.
Dan utk meminimalisir resiko kerugian, saya membuat paket utk kuota paling minim,tapi saya menjual dgn kuota lebih besar dr yg saya buat.
Maksudnya,saya hitung utk kuota 6 org,tapi di "brosur" saya tulis kuota utk 15 org.
Jadi ketika tdk tercapai kuota 15,paket wisata masih bisa dilaksanakan. Karena hitungan minimal pasti telah tercapai.
Dari hitungan di paket wisata tsb,ada batas minimal utamanya utk booking transportasi dan akomodasi.
Oleh karena itu,dlm brosur saya tulis "pembayaran uang muka 50%, pelunasan 50% pd saat pemberangkatan.
Tapi kadang-kadang saya juga minta pelunasan H-7,jika peserta wisata jumlahnya besar, misalkan 1 big bus ( 50 orang).

Utk diketahui,ketika saya memulai usaha ini,saya sama sekali tdk pernah tahu tempat2 wisata yg saya jual.
Maksudnya, saya jual paket Bromo,pdhl saya belum pernah ke Bromo.
Lho kok nekat???
Kalo peserta tau hal ini,pasti mereka pada "mengumpat"
Semoga tdk peserta saya yg ada di grup ini.
Lalu bgm caranya supaya paket wisata saya bisa berjalan sukses?
Saya memulai usaha ini dgn modal Rp. 0 alias g punya modal.
Modal saya hanya nekat dan sedikit pengalaman pernah "kluyuran"
Jadi jls saya ga punya bujet utk survei lokasi.
Lalu bagaimana caranya?
Kembali saya memanfaatkan kemajuan teknologi,yaitu dgn gugling dan you tube.
Saya pelajari berkali2 sembari "membayangkan" seolah-olah saya sedang di lokasi wisata tsb.
Terlihat "konyol" dan "nekat",ya..
Tapi Alhamdulillah,sampai hari ini tdk pernah ada kendala.
Yg saya jelaskan diatas adalah sangat efektif utk paket wisata domestik.
Lalu bgm dgn paket wisata internasional?
Internasional yg akan saya jelaskan adlh utk Asia tenggara. Yg booming adlh Wisata Singapura Malaysia.
Ada sedikit trik khusus utk paket wisata ini,Krn berkaitan dgn tiket pesawat.
Harga tiket sangat dipengaruhi oleh kurs dollar dan ketersediaan tiket itu sendiri.
Oleh krn itu utk paket ini saya membatasi kuota peserta nya 7 org, menyesuaikan ketersediaan tiket di trave**kalo agar bisa dpt harga murah.
Utk hal yg lain (akomodasi,tiket masuk wisata dan konsumsi) perlakuannya hampir sama dgn paket domestik.
Lalu Bgm membuat agar calon konsumen percaya pada kita,mau dgn sukarela mentransfer uang terlebih dahulu walaupun sebelumnya tdk pernah kenal dgn
Yg saya lakukan adalah posting foto/gambar di grup yg saya buat,dgn disertai sedikit penjelasan,seperti mini artikel. Sehingga seolah-olah saya sudah pernah ke tempat wisata tsb.
Positioning atau Sasaran saya adalah orang2 yg belum pernah kesana,pingin poto2 kekinian tapi dananya terbatas.
Diferensiasi nya atau janji saya kpd calon konsumen adalah meyakinkan bhw tempat tsb sangat Instagramable dan sangat mengesankan.
Janji ini kan relatif,bagi sebagian orang memang "setuju" bhw tempat tsb Instagramable dan mengesankan walaupun bagi sebagian orang yg lain adalah hal yg biasa.
Nah,ketika "janji"/diferensiasi saya terbukti,maka para konsumen saya akan "memviralkan"/ketuk tular pengalaman yg mengesankan ini selama berwisata dgn saya. Inilah yg disebut "branding".
😂..saya sdh keringatan semua,om...deg2an nya jadi lebih kenceng,,bukan deg2an di dada tapi di punggung 😂😂😂😂
Saya sdh boleh pulang,om?
Tunggu dulu. Ini banyak pertanyaan pak dosen tarik nafas dulu.
1. Apa harus punya bendera Pak. Arief
2. Berapa persentase keuntungan yang pak arif patok dari setiap trip?
3. Bagaimana membawa wisata ke tempat yang tidak kita kenal dan tidak pernah kesana pak.
4. Ga perlu ijin pemerintah pa? Trus Asuransi klu sesuatu trjadi dgn pesrta tour?
5. 15% margin apakah sdh termasuk biaya tiket kita sebagai pendamping atau bagaimana perhitungannya ? (Kondisi destinasi via udara)
6. Untuk mitra sendiri didatangin langsung apa gimana pak.
7.Utk krjasama dgn pihak lain sprt hotel, restrnt, transprtsi, apa ga plu buat krjasama trtulis pa???
8. Komplain apa pak yang sering dikeluhkan konsumen.
9. Apakah sdh pernah ada yg berwisata ke Aceh dan danau Toba?
10. Tanggal keberangkatan apa kita yg tentukan atau konsumen? Ini kan menyangkut harga tiket yg beda2.
Jawaban
1. Mestinya PT tapi saya jalan dulu, legalitas nyusul.Pertanyaan no 2 - 6 ada di materi.
7. Hanya berdasar kepercayaan.
8. Tdk ada complain yg berarti
9. Belum.pernah ke Aceh dan Danau Toba. Mungkin admin ada rencana sekalian kopdar.
10. Kita yg tentukan tgl keberangkatan.
The end.