8/06/2018

STRATEGY USAHA BAKERY PEMULA


Ricko Surya Yunan Tarayan

S
aya buka usaha toko roti baru 3 tahunan. Walaupun sebelumnya jadi konsultan. Ternyata berbeda kita sebagai konsultan dan owner. Kalo konsultan, kita hanya memberi masukan, saran dan lain lain, selesai tugas kita. Laku atau tidak bukan urusan kita lagi. Beda jika kita sebagai owner, harus memikirkan semua hal, mulai dari karyawan, bahan, produksi, customers dll. 

Awalnya saya benar benar menjadi owner, menyewa tempat Rp. 35 juta per tahun. Tapi apa hasilnya, rugi walaupun saya sudah berpengalaman menjadi konsultan. Rugi karena produk kurang laku. 

Dua bulan Sebelum kontrak habis, saya didatangi seseorang yang saya kenal untuk nyumbang / sedekah roti 2 minggu sekali. Tapi dalam pikiran pertama saya, boro-boro menyumbang, ini saja minus. Tetapi karena ada perasaan sungkan, akhirnya saya menyanggupinya.
No automatic alt text available.
Tanpa diduga sebelum kontrakan habis, ada yang menawarakan tempat di pasar untuk bekerja sama. Dengan perjajian bahwa dia yang akan membayar sewa dengan system bagi hasil.Tanpa pikir panjang saya langsung mengiyakan. Singkat cerita tempat lama habis saya sudah dapat tempat baru dan lebih luas bahkan lebih ramai karena tempatnya di pasar.

Tidak didugasebulan berjalan, teman yang mengajak kerja sama  tidak bisa bayar sewa . Saya didatangi pemilik toko,  dengan musyawarah, akhirnya saya yang langsung menyewa ke pemilik toko dan kerja sama putus hubungan bisnis
 

Karena belum punya brand / belum terkenal, akhirnya langkah pertama yang saya lakukan adalah survey harga jual disetiap toko roti sekitar. Setelah itu saya menentukan ulang pangsa pasar yang pasti berakibat ke harga jual. 

Saya putuskan main di midle low mengingat berada di pasar rakyat dan toko biasa saja, walau toko roti saya open kitchen. Lalu saya mengadakan promosi : beli 1 gratis 1 selama seminggu. Kemudian naik lagi, beli 2 gratis 1 selama seminggu. Sampai yang terakhir beli 5 gratis 1.

Apakah saya untung? Tidak. Yang penting bisa jalan. Saya rekrut 1 orang karyawan pada awalnya dan saya sendiri terjun bikin rotinya. Sedang harga roti saya rata rata  Rp. 3.500  diturunkan menjadi Rp. 2.500 dan membuat product baru seharga Rp. 1.500 karena pangsa pasar dan hasil survey toko lainnya menjual dengan harga Rp.  3.500. Saya turunkan harganya drastis karena saya berpikir membuat sendiri tanpa biaya bayar baker mahal. Dan sengaja saya ambil untung sedikit sekali agar tidak ada yang bisa meniru dengan harga demikian rendah.

Alhasil sekarang alhamdulillah brand sudah dikenal, saya tambah karyawan baru belajar dari nol, tetapi yang mau belajar. Peralatan yang tadinya 1oven sekarang sudah 5 oven. Dan pesanan kalau musim pernikahan atau sunatan sudah banyak.
 

Semua itu sebuah perjuangan. Diawali dengan peralatan yang minim. Karena semangatnya, pernah 3 hari 3 mlm ndak tidur. Bahkan yang terakhir 5 hari berturut turut cuma tidur sejam. Aapakah capek atau kapok? Tidak karena ini milik saya dan dan uangnya untuk bos wedok ( istri .
)

Itu dulu ya pakde, Bude, Om,Tante,cerita pengalaman saya serta minta Do'anya semoga semakin lancar usaha saya. Amin.