Peter
Lim, Tarakan, Kaltim
Berawal dari pengalaman saya yang menjadi sub agen produk
perternakan dan pertanian
Diawal di tahun 2012, saya akhirnya memilih toko perternakan dan pertanian
serta menjual kebutuhan kebutuhan hobi yang berhubungan dengan unggas. Saya
menjual peralatan perlatan perternakan sebagai pemanis di toko saya.
Waktu
itu pakan ayam dan ikan menjadi salah satu andalan dalam bisnis ini, ada Voer,
ada Jagung, ada voer ikan dan juga pakan pakan burung yang sudah di kemas.
Tentu saja target saya bukan hanya pehobi unggas. Namun saya memasang target
untuk dapat menjual voer ke peternak ayam broiler yang biasanya menggunakan
voer dalam jumlah besar dalam pembesaran ayam broiler.
Di
awal awal, cukup ramai dikunjungi oleh peternak maupun pehobi unggas. Saya
sering di datangi oleh peternak ayam broiler. Mereka mengaku kesulitan dalam
mendpatkan pakan ternak, karena di daerah saya waktu itu baru 1 toko saja yang
menjual pakan ternak. Dan inilah peluang menurut saya.
Akhirnya
dengan modal nekad, tanpa ada dana saya pun mendatangi agen pakan ternak di
kota besar. Akhirnya saya bertemu dengan 1 agen yang cocok menurut saya. Singkat
cerita mulailah saya berjualan, dan pada waktu itu cukup laku di awal awal
menggeluti bisnis ini.
Kekurangan
bisnis ini, tentu saja debu nya sangat menggangu ( untuk penderita sinus parah
), belum lagi kutu dan tungau berterbangan dimana mana yang menyebabkan iritasi
kulit. Dan Voer ini tidak boleh terkena air sedikitpun, karena dapat merusak
semua voer jika tidak segera pisahkan
.
Karena
saya merasa ada yang kurang dengan penjualan, akhirnya mencoba untuk menawarkan
bibit ayam maupun pakan ternak ke peternak yang sedang membesarkan broilernya.
Dan saya dapat pelanggan yang memiliki kandang akan, tetapi kekurangan modal
untuk mengisi dan membesarkan ayam broiler. Dan pada waktu itu tercapai
kesepakatan untuk berkerja sama dalam pembesaran ayam broiler tersebut.
Bulan
pertama, pembesaran ayam broiler peternak tersebut berhasil. Kala itu hutang dari
peternak di bayarkan secara tepat waktu
dan lancar. Dan berlanjut, hingga peternak tersebut setiap bulannya makin
berani untuk menambah kapasitas pembesaran ayamnya. Tentu saja saya senang
karena selain hutang di bayar tepat waktu, dan perputaran uang di toko saya
cukup cepat dan besar.
Namun
di sinilah masalahnya di mulai, karena saya masih muda dan super duper
inexperience. Saya begitu polos dan dungu terlebih mudah percaya terhadap orang
lain, dan selalu menganggap semua orang itu dapat di percaya.
Akhirnya rekan peternak tersebut datang, dan di mulailah negosiasi supaya dapat
membantu dia untuk menambah kapasitas pembesaran ayam broiler di kandangnya.
Tentu
saja pakan dan bibit yang biasanya saya sediakan sebulan 2 kali.. menjadi
sebulan 4 hingga 5 kali. Jujur saja saya senang kala itu, saya larut dalam
euforia orderan yang besar sehingga membuat saya tidak sadar bahwa hari itu
adalah awal mula kejatuhan saya. Janji pembayaran setelah panen, pun tak pernah
ada kabar. Saya datang ke kandang pun selalu menghindar, dan beribu ribu alasan
tidak mampu membayar diucapkannya.
Jerih
payah dan modal yang di kumpulkan selama 4 tahun amblas di makan orang hingga
tak bersisa, bahkan saya pun harus menanggung hutang yang tidak pernah saya
rasakan untungnya. Pernah juga hampir berkelahi dan datang ke kantor polisi
karena masalah hutang ini.
Harga yang sangat mahal harus saya bayar demi sebuah pengalaman yang tak
ternilai dalam hidup, saya berusaha ikhlas. dan pada penghujung 2016 saya
memutuskan untuk menutup toko peternakan saya. Di karenakan usaha ini tidak
layak lagi untuk di lanjutkan karena ada beberapa sistem yang kurang cocok dari
agen sehingga membuat saya urung untuk melanjutkannya.
Saya
hadapi dengan ikhlas, saya sedih dan kecewa bukan karena saya rugi. Tapi karena
nasib karyawan saya yang tidak dapat berkerja lagi, rasanya hati ini begitu
hancur dan pilu harus berpisah dengan karyawan.
Karena saya tahu semua ini rencana Tuhan untuk membuat saya menjadi orang yang
lebih pemikir, lebih sabar, dan lebih berhati hati. Serta memiliki mental baja
untuk melalui hidup ini.
Kota Tarakan
Hal yang saya petik dari masalah ini, bahwa pengalaman itu guru
yang paling kejam di dunia ini. Bagaimana bisa dia jebak kita terlebih dahulu
lalu dengan masalah, setelah itu dia biarkan kita hadapi dengan tangisan dan
kesedihan.
Namun di balik semua itu kita lebih terasah dan lebih terampil
dalam menghadapi setiap masalah, karena sejatinya menjadi seorang pengusaha
bukanlah sekedar mencetak laba namun seorang pengusaha adalah orang yang mampu
keluar dari masalah dan bertahan di tengah ketidakpastian hari esok.