Anton J. Simatupang,, Jakarta.
Banyak
dari para pegusaha besar lahir dari seorang sales atau marketing dengan teknik
Canvassing, dan kebanyakan awalnya mereka menjual barang yang bukan hasil
produksinya sendiri, hingga pada akhirnya mereka berhasil menciptakan produk
dengan brandnya sendiri.
Tentu ada
kelebihan dan kekurangan pada teknik ini. Saya akan coba bahas sedikit. Karena
menurut saya ini juga sebagai jalan keluar bagi yang ingin masuk ke dalam dunia
wirausaha dengan modal uang yang minim.
Teknik
canvassing ini merupakan teknik penjualan langsung tatap muka kepada calon
pelanggan (end user) yang belum pernah anda kenal sebelumnya.
Caranya anda datangi calon pembeli dengan langsung membawa produk yang akan dijual, perkenalkan diri anda lalu tawarkan produknya.
Caranya anda datangi calon pembeli dengan langsung membawa produk yang akan dijual, perkenalkan diri anda lalu tawarkan produknya.
Lakukan
secara rutin dan terjadwal, mengingat budaya kita orang Timur, pembeli merasa
sungkan ditawari terus-menerus hingga akhirnya membeli.
Pada pertemuan pertama sampai ketiga kemungkinan clossing sekitar 5% karena masih dalam tahap pengenalan. Pada pertemuan selanjutnya closing atau penjualan bisa diatas 50%.
Pada pertemuan pertama sampai ketiga kemungkinan clossing sekitar 5% karena masih dalam tahap pengenalan. Pada pertemuan selanjutnya closing atau penjualan bisa diatas 50%.
Tujuan
dari Canvassing adalah memotong rantai distribusi dari produsen - distributor –
agen – toko - enduser, sehingga anda mendapat selisih dari harga beli dan harga
jual toko. Kelebihan canvassing adalah anda dapat bertemu langsung tatap muka
dengan calon pembeli sehingga anda tahu persis need mereka, dan mereka pun
dapat melihat langsung produk yg anda tawarkan. Kekurangan dari teknik ini anda
harus mengeluarkan biaya bensin keliling wilayah oeperasional anda.
Berikut salah satu contoh canvassing: minyak goreng curah.
Toko dan warung biasa menjual minyak goreng
Rp. 12.000/kg. Pak Budi berinisiatif canvassing minyak goreng dengan membeli dari agen dengan harga Rp. 9.500/kg untuk dijual lagi ke pembeli end user (ibu rumah tangga, warteg, warung nasi padang, penjaja gorengan, cattering dll).
Harga jual ditetapkan kisaran Rp. 10.500 – Rp. 11.500/kg, sedikit dibawah harga toko. Bedanya, pembeli tidak perlu datang ke toko, karena barang diantar langsung ke rumah.
Toko dan warung biasa menjual minyak goreng
Rp. 12.000/kg. Pak Budi berinisiatif canvassing minyak goreng dengan membeli dari agen dengan harga Rp. 9.500/kg untuk dijual lagi ke pembeli end user (ibu rumah tangga, warteg, warung nasi padang, penjaja gorengan, cattering dll).
Harga jual ditetapkan kisaran Rp. 10.500 – Rp. 11.500/kg, sedikit dibawah harga toko. Bedanya, pembeli tidak perlu datang ke toko, karena barang diantar langsung ke rumah.
Dengan
menggunakan sepeda motor setiap hari pak Budi canvassing rutin sesuai jadwal
yang sudah diatur diawal, hari Senin ke daerah seputaran kelurahan 1, hari
Selasa seputar kelurahan 2,hari Rrabu kelurahan 3, dst, sedang hari Minggu
libur. Dalam 1 minggu pak Budi melakukan kunjungan 6 hari kerja, begitu
seterusnya sampai pelanggannya terbentuk.
Setelah
pelanggan tetapnya sudah ada, pak Budi mempekerjakan kurir untuk antar order
pelanggan sesuai jadwal, sehingga pak Budi dapat menggarap wilayah kerja baru
lainnya, kelurahan 7-13.
Estimasinya
adalah penjualan 300 kg/hari, biaya operasional 10% dari profit, 90% menjadi
tambahan modal baru. Begitu seterusnya sampai dirasa mampu untuk melakukan
ekspansi, yaitu menambah produk untuk dijual ke pelanggan yang sudah ada, atau
tidak menambah produk tetapi menambah wilayah kerja sampai ke tingkat kecamatan
misalnya.
Diatas
adalah contoh canvassing minyak goreng, produknya bebas bisa apa saja
tergantung pasarnya: ada atau tidak. Saya beri contoh minyak goreng/sembako
karena pasarnya sudah pasti ada.
Demikian
sekilas tentang teknik canvassing, semoga dapat membantu para sahabat yang
sedang bingung untuk terjun ke dunia wirausaha.
No comments:
Post a Comment