Dian Ismaya, Surabaya
Saya
bekerja sebagai karyawati di bagian Finance, tapi sebenarnya sudah lama ingin
mempunyai usaha sendiri. Untuk mengobati kegalauan, sekarang saya ikut
pelatihan UMK (Usaha Micro Kecil) di tempat saya tinggal.
Waktu
awal awal mendaftar sempat merasa minder karena sudah berumur tapi belum bisa
apa apa di bidang usaha. Tiap kali pertemuan ada 2 sesi, yang pertama sesi
seminar tentang digital marketing dan lanjut ke success stories para pelaku
usaha.
Sesi
ke 2 pelatihan membuat produknya. Bagi yang sudah punya produk, dimasukkan ke
kelas lanjutan yaitu untuk peningkatan mutu dan membuat produk baru. Bagi yang
elumpunya produk dimasukkan kelas basic, sesuai minat peserta masing-masing.
Pada
sesi seminar ada seorang ibu yang bagi saya menginspirasi banget. Beliau sudah
berusia 70 tahun waktu pertama kali ikut pelatihan, tapi semangatnya luar biasa
seperti usia 17 tahun, namanya Bu Jai.
Beliau sering suntuk di rumah karena anak anaknya bekerja semua, sedangkan cucunya juga sibuk sekolah dan kuliah.
Setiap selesai sesi digital marketing beliau selalu antusias bertanya kepada para pelatih bagaimana caranya bikin FB dan instagram untuk promosi usahanya. Yang repot pelatihnya ini, nenek nenek pasti gampang lupa Pada akhirnya pelatih punya akal, Waktu pelatihan marketing disuruh mengajak anak atau cucunya yang paham tentang internet. Akhirnya ada salah satu cucunya yang bersedia mengajar Bu Jai di dunia Maya untuk menghandle pemasaran produk neneknya.
Beliau sering suntuk di rumah karena anak anaknya bekerja semua, sedangkan cucunya juga sibuk sekolah dan kuliah.
Setiap selesai sesi digital marketing beliau selalu antusias bertanya kepada para pelatih bagaimana caranya bikin FB dan instagram untuk promosi usahanya. Yang repot pelatihnya ini, nenek nenek pasti gampang lupa Pada akhirnya pelatih punya akal, Waktu pelatihan marketing disuruh mengajak anak atau cucunya yang paham tentang internet. Akhirnya ada salah satu cucunya yang bersedia mengajar Bu Jai di dunia Maya untuk menghandle pemasaran produk neneknya.
Bu
Jai sendiri focus untuk membuat produk yang akan dipasarkan. Karena beliau
hobby bikin kue, produk andalan Bu Jai Lapis Surabaya dan Coklat.
Nama
usahanya Dapur Flamboyan. Pada acara akhir tahun 2017, yang diadakan oleh
Pemkod Surabaya bertajuk “Mlaku mlaku Nang Tunjungan, omzetnya Bu Jai tembus
Rp. 7.000.000 dlm 1 hari mulai jam 10 pagi s/d jam 9 malam, belum sampai malam
produk beliau sudah habis.
Banyak
yang meragukan kalau kue atau coklat yang membikin dia sendiri.
Sampai ada Bapak bapak beli sambil kepo kepo saking tidak percayanya dengan produktifitas Bu Jai, mengetes dengan cara menanyakan cara bikin dan apa saja resepnya Bu Jai dengan sabar menjelaskan dan ujung ujungnya si bapak borong kue lapisnya.
Sampai ada Bapak bapak beli sambil kepo kepo saking tidak percayanya dengan produktifitas Bu Jai, mengetes dengan cara menanyakan cara bikin dan apa saja resepnya Bu Jai dengan sabar menjelaskan dan ujung ujungnya si bapak borong kue lapisnya.
Bu
Jai yang dulu bekerja sendiri, kini sudah punya enam asisten. Pelanggannya di
banyak daerah, terutama Jakarta. Alhamdulillah, tahun ini, Bu Jai bisa
membiayai anaknya menunaikan ibadah umrah. Barokallah.
Jadi kesimpulannya jangan jadi mentri kehutanan yang hobby bikin alas (maksudnya jangan banyak alas an) keterbatasan tenaga, usia, modal dan waktu, jangan dijadikan menjadi kendala untuk memulai.
Ayo yang mau pensiun atau menjelang pensiun cepatan wujudkan mimpimu, gunakan waktu yang tersisa untuk meraih mimpi yang bisa membanggakan keluarga dan lingkungan anda.
Jadi kesimpulannya jangan jadi mentri kehutanan yang hobby bikin alas (maksudnya jangan banyak alas an) keterbatasan tenaga, usia, modal dan waktu, jangan dijadikan menjadi kendala untuk memulai.
Ayo yang mau pensiun atau menjelang pensiun cepatan wujudkan mimpimu, gunakan waktu yang tersisa untuk meraih mimpi yang bisa membanggakan keluarga dan lingkungan anda.
Om Pino saya nulis ini karena saya belum banyak pengalaman, masih baru di tempat pelatihan kami tapi Alhamdulilah sudah punya produk dan berusaha focus untuk produksi. Tantangan kelas kami tahun ini menciptakan souvenirs khas untuk kota tempat kita tinggal.
***
No comments:
Post a Comment