Om Pino bawakan puisi
Jika
Anda mengamati komen komen di group Wirausaha Pemula Indonesia, WPI atau jika bertemu dengan teman atau keluarga dan
bertanya :" Mengapa tidak buka usaha sendiri ?". Banyak yang menjawab
:"Tidak punya modal".
Namun jika dilakukan pembicaraan lebih dalam, maka mereka akan cerita bahwa mereka sebenarnya mempunyai sesuatu yang berharga untuk dipakai sebagai Modal kerja.
Sebut saja, mempunyai Tabungan di Bank, punya perhiasan, punya kendaraan lebih dari satu, punya beberapa bidang tanah kosong atau beberapa rumah, ada juga tagihan pada beberapa orang.
Semua kekayaan tersebut sebenarnya merupakan faktor yang dapat dijadikan Modal kerja. Bahkan family dekat bisa menjadi sumber modal, jika Character kita baik, dapat dipercaya.
Namun jika dilakukan pembicaraan lebih dalam, maka mereka akan cerita bahwa mereka sebenarnya mempunyai sesuatu yang berharga untuk dipakai sebagai Modal kerja.
Sebut saja, mempunyai Tabungan di Bank, punya perhiasan, punya kendaraan lebih dari satu, punya beberapa bidang tanah kosong atau beberapa rumah, ada juga tagihan pada beberapa orang.
Semua kekayaan tersebut sebenarnya merupakan faktor yang dapat dijadikan Modal kerja. Bahkan family dekat bisa menjadi sumber modal, jika Character kita baik, dapat dipercaya.
Penghasilan
bunga dari Tabungan relatif tidak seberapa jika dibandingkan dengan keuntungan
dari usaha. Perhiasan dilemari atau di Brandkas, yang hanya dipakai sesekali,
tidak menghasilkan apa apa, atau jika dimaksudkan sebagai Investasi, kenaikan
harganya belum tentu sebesar profit dari usaha sendiri.
Kendaraan
roda dua atau roda empat lebih dari satu bahkan lebih dari dua, hanya untuk
mempertahankan gengsi sosial, bukan menghasilkan, tetapi justru membebani biaya
operasional dan pemeliharaan. Bahkan nilai jual/nilai pasarnya semakin kecil
dari tahun ketahun. Oleh sebab itu lebih baik naik angkutan umum dan Asset
tersebut diswitch menjadi modal kerja.
Asset
berupa tanah atau rumah bisa dimanfaatkan dengan menjualnya atau bisa juga
digunakan sebagai Jaminan pinjaman ke Bank, tentu dengan meningkatkan status
kepemilikan haknya dari Letter C atau Akte Jual beli menjadi Sertifikat Hak
milik atau Hak Guna Usaha/Guna Bangunan.
Om Pino, villa Cipanas
Dari pengalaman saya kerja sebagai executive Bank, demikian juga pandangan sesama Bankir, maka yang menjadi kendala utama justru apa pada faktor "Marketting". Pemasaran adalah ujung tombak kelangsungan hidup suatu usaha. Jika pasar produk/jasa sudah jelas, maka pihak Bank akan menilai peryaratan lainnya. Dengan terjaminnya pasar, maka penghasilan usaha akan mampu untuk membayar kembali pinjaman beserta bunganya. Yang menjadi kendala kedua adalah ketiadaan Collateral atau Jaminan.
Dari pengalaman saya kerja sebagai executive Bank, demikian juga pandangan sesama Bankir, maka yang menjadi kendala utama justru apa pada faktor "Marketting". Pemasaran adalah ujung tombak kelangsungan hidup suatu usaha. Jika pasar produk/jasa sudah jelas, maka pihak Bank akan menilai peryaratan lainnya. Dengan terjaminnya pasar, maka penghasilan usaha akan mampu untuk membayar kembali pinjaman beserta bunganya. Yang menjadi kendala kedua adalah ketiadaan Collateral atau Jaminan.
Tentu
fihak Bank akan menilai faktor faktor lainnya dari calon peminjam dan
perusahaannya. Faktor ini disebut sebagai "Lima C" dengan urut urutan
prioritas 1. Charakter, 2. Capasitas, 3. Capital/Modal 4. Condition (Economic)
dan 5. Collateral (Jaminan). Dan yang menjadi prioritas pertama ada pada factor
Character atau nama baik, sedangkan C yang terakhir adalah Collateral atau
Jaminan. Jika punya Character atau bisa dipercaya, Colateral itu merupakan
factor pendukung.
Tentu Anda bisa menyampaikan beberapa faktor kendala lain
seperti Jenis usaha yang minim risiko atau profit yang relatif tinggi, lokasi
tempat usaha, pengalaman dan beberapa faktor lainny