Vivi Hindriasari, Banda Aceh
Saya sangat down di daerah orang, tidak ada sanak keluarga sendiri
ditimpa musibah yang menurut saya sangat berat. Akibat masalah tersebut saya jadi
sering tidak kekantor karna harus bolak balik ke kantor polisi dan berupaya
mencari si pengemplang. Dan akhir nya saya mengundurkan diri. Saya benar benar
terpuruk, uang ditangan makin lama makin habis, kerja tidak ada, hingga makan
pun kadang kadang tidak sekali sehari.
Mau mengadu ke orang tua takut stroek. Semua saya tanggung sendiri., sambil cari kerja lain. Untung ada seseorang yg care terhadap saya, yang mau membantu tanpa pamrih. Saya disewakan sebuah rumah kontrakan, makan tiap hari dikasih, sebelumnya hari 3 kali, sambil dibantu cari kerja. Dia adalah suami saya sekarang.
Ternyata cobaan belum berlalu, baru sebulan tinggal di rumah kontrakan, tengah malam bapak yang punya kontrakan mencoba masuk ke dalam rumah dan mencoba berbuat tidak senonoh kepada saya. Untung Allah masih melindungi,meski saya trauma.
Singkat cerita saya kembali mendapat kerja di sebuah Bank pemerintah,
dan hidup saya mulai membaik kembali sedikit demi sedikit. Hoby bisnis mulai
kembali.
Saya mengirim sayur sayuran ke Batam, kentang cabe, wortel, tomat dll.
Bisnis mulai stabil, saya mulai melirik tranding forex. Ini awal kehancuran saya yang ke 2, dan ini lebih berdarah darah.
Saya yang back ground perbankan bisa salah memilih investasi, sungguh miris.karena selain uang tabungan, ada beberapa uang teman teman yang di percayakan kepada saya di bawa kabur oleh seseorang yg mengaku sangat piawai dalam tranding.
Belum lagi beliau ambil kredit mobil atas nama saya, karena pakai KK dan KTP saya. Saya hampir gila, karena selain dikejar kejar oleh Leasing, saya juga di kejar kejar oleh teman teman yang uangnya dibawa kabur oleh oknum tersebut. Nilainya sangat fantastik lebih dari Rp. 5 milyard.
Akhirnya sampai juga masalah ke kantor polisi.dan saat itu saya baru melahirkan. Sangat hancur hidup saya. Untung punya suami yang luar biasa, selalu ada di depan saya, meski saya salah. Tiap hari bolak balik di ambil ke kantor polisi. Sampai sampai saya tidak berani jumpa sama tetangga.
Untung a Allah melindungi orang yang benar, si oknum tertangkap. Tetapi entah mengapa sehari kemudian di lepas lagi. Walau begitu saya masih bersyukur karena saya tidak bertanggung jawab llagi atas dana teman teman tersebut. Tinggal berurusan dengan Leasing, karena pakai nama saya. Akhirnya mobilnya ketemu dan saya bisa ambil alih kredit.
Selesai masalah, ternyata tidak karena hidup saya sudah terlanjur kacau. Tagihan kartu kredit di ambang batas limit dan mata pencaharian kembali ke nol. Karna selama proses dengan polisi kami berdua tidak dapat kerja dan mencari rejeki...
Disinilah saya mencoba melawan keputusan atasan, melawan semua rasa yang sebenarnya sudah tidak sanggup saya tanggung. Tetapi saya coba bangkit hanya semata mata demi anak saya yang baru berumur 3 bln. Saya tarik sisa limit Credit card yang tinggal Rp. 200.000,-. Saya coba berbisnis sabun setiap hari keliling dari satu rumah ke rumah yang lain. Banyak penolakan dari pada terima. Tetapi saya terus melangkah, hingga suatu hari ada seorang anggota dewan yg memanggil saya ke kantornya.