12/14/2018

PERMINTAAN LOKAL & EKSPOR TINGGI




Sebenarnya topik ini casenya anggota, ibu Sri Elisabet Sitanggang dari Bandung yang meminta saran atas masalah yang dihadapinya yaitu :

1. Purcahse order tidak dapat dipenuhi.

2. Masalah pembayaran dimana petani minta cash atau DP 50%, sedang pembeli bayarnya nanti atau pakai L/C.

3. Kurang faham transaksi L/C.

Secara theory masalah pokok tsb mudah diatasi dengan cara sbb:

1. Modal untuk menjembatani turn over perputaran uang bisa mengajukan kredit ke Bank untuk membayar petani. Bank sangat senang mengetahui besarnya Purchase order, yang menjamin bahwa barang agro bisnis itu laku terjual dan uangnya akan masuk rekening di Bank tsb sehingga kredit tidak akan menunggak.

Tentu Bank akan meminta jaminan atau borg untuk membiayai 1 Container produk tsb. Itu biasa walau PO atau kontrak sudah ada.

Sepanjang keuntungan cukup untuk membayar bunga kredit, kenapa tidak ambil pinjaman bank.

Coba berbicara dengan staf Bank kalau bisa ketemu dengan kepala cabang Bank tsb. Dengan senang hati Kepala cabang bank tsb akan menjelaskan ttg kredit dan prosedur eksport.


2. L/C.

Pelajari baik baik yang tertulis dalam Purchse order karena isi PO tsb yang akan ditulis dalam L/C. Dengan L/C sight pembayaran dilakukan segera setelah barang naik kapal dan kapten kapal teken Bill of Lading. Dengan menunjukkan B/L tsb Bank langsung akan membayar. Dan Rekening Koran pinjaman akan turun atau nihil. Sehingga bunga kecil yaitu dihitung berapa hari lamanya proses ekspor barang sampai masuk kapal.

Sedikit tambahan agar L/C tsb dng clausule CIF. Harga barang sudah termasuk cost biaya transport dan asuransi.

Dan untuk mengurangi perselisihan barang sudah ada hasil test laboratorium atau Certificate of Analysis atau CoA.

3. L/C Dalam Negeri. SKBDN.

Transaksi dalam Negeri juga bisa dengan cara L/C lebih simple dari L/C ekspor. Tanyakan ke bank. Pilih bank yang sudah biasa melsyani L/C.

4. Belajar ekspor bisa dengan:

a. Bank

b. Deperindag terdekat. Bahkan ada trainingnya.

c. Forwarder atau EMKL

d. Rumah Kreatif BUMN setempat. Sering ada training juga.

Semoga bisa membantu.


DARI BANKIR JADI PEMINJAM


(Dari Kreditur menjadi debitur).
Dari SD sampai SMEP saya sudah ikut bapak dan ibu jual beli dipasar pasar kampung dan kios di kota Sibolga hingga angkutan antar 3 Kabupaten di Tapanuli.
Kemudian SMEA pindah ikut pak lik (Bapak Uda) di kota lain berjualan pecah belah di pinggir jalan.
Tentu hal tsb mempengaruhi jiwa dagang saya untuk kemudian ingin berusaha sendiri.
Tetapi niat berusaha tsb kemudian terpendam cukup lama karena kuliah di bidang ekonomi dan kemudian menjadi bankir atau kreditur, 2 x menjadi wakil pimpinan cabang dan 3 x pimpinan cabang dan sampai jadi wakil kepala divisi di pusat.
Sebelum jadi bankir sempat 4 thn menjadi staf dan kepala fabrik karet khusus untuk ekspor di Sumatera Utara.
Jadi pengalaman cukup lama sebagai bankir atau kreditur. Tentu melewati masa masa sulit, job training, gaji pas pasan dengan naik turun bus umum. Menjadi wakil pimpinan cabang juga tidak mudah makan hati menekan perasaan sebagai ban serap.
Modal sebagai bankir cukup mengetahui kharacter peminjam disemua sektor. Menilai permintaan kredit mini sampai kredit korporasi. Mulai dari kota kecil di perbatasan Timor Leste, kota Atambua, kota industri di Kudus dan Cabang Pahlawan, Surabaya. Yang terbesar kredit nasabah yg saya berikan sebesar Rp 87 milyard thn 1987 yang lalu di cabang Surabaya yaitu fabrik kertas di Sidoarjo. Banyak debitur lain peminjam kredit untuk ekspor di Surabaya. Kredit ekspor ini tidak pernah menunggak.
Disamping itu menganalisa proposal kredit negara Mexico ketika training bankir di Philadelpia, Amerika Serikat dan training di Manila, Bangkok dan Kuala Lumpur.

Jiwa dagang sejak kecil ingin buka usaha sendiri dan akhirnya resign dari bank membuka usaha sendiri dengan meminjam dari perusahaan joint venture Jepang dan Indonesia.
Setelah dapat kredit saya buka Letter of Credit (L/C) untuk impor barang dari Finland.
Pengalaman sebagai bankir atau kreditur sangat membantu saya sebagai peminjam atau debitur dan juga sangat membantu dalam menjalankan operasi perusahaan sendiri.
Pengalaman baik sebagai kreditur maupun sebagai debitur itulah yang saya sering tulis .
Walau saya berbagi, saya merasa tidak kekurangan, malah tambah pintar mengetahui berbagai jenis usaha yang belum pernah saya ketahui. Memperluas pertemanan atau Network dan makin banyak anggota yang berani menuliskan pengalamannya di group ini. Sangat bermanfaat bagi anggota lain.
Dan itulah sumbangsih saya kepada bangsa yang sudah merdeka 73 thn.

USAHA TRAVEL DNG MODAL GOOGLE, TRUST & NEKAD



"Ayo pak makan rebus rebus ke mal", kata istri.
"Ayo ayo, tapi yg nyetir jangan saya"
"Kenapa?"
"Ada kulgram jam 20"
"Ya sudah saya yg nyetir", kata putri saya.
Kulgram ke 4 saya moderator krn teman admin neng Lala acara keluarga ke Tasik, ibu dok Atmi Roseva ke Banten. antar anak ke Pesantren. Bu Esabeth Santoso mati lampu di Lampung, pak Raden W Siahaan juga sibuk.
Dari diskusi 90 menit diambil kesimpulan oleh mentor, pak Arief Ismoyo dari Surabaya sbb :
Saya rekomendasi memulai usaha.
1. Niat
2. Maksimalkan tekhnologi dalam hal ini : Gugel dan medsos. Buat grup/komunitas di medsos sbg "pasar kita".
3. Bikin ulasan wisata dan open trip sebanyak mungkin
4. Maksimalkan you tube
5. Persiapkan segala sesuatu yg berkaitan dgn keamanan, yaitu asuransi.
5. Siapkan mental utk menghadapi hal terburuk.
6. Jangan baper ketika menemani peserta.
7. Berdoa agar semuanya lancar.


Ini rangkuman diskusi :
1. Ciptakan Pembeli/konsumen.
Kata yg agak tepat, mungkin "kumpulkan" pembeli.
Sebagus apapun produk jika tdk terjual krn tdk ada pembeli cuma memenuhi "gudang penyimpanan" saja.
Selain itu, pertimbangan yg paling mendasar knp saya harus "mengumpulkan" pembeli, karena saya menyadari kelemahan usaha saya.
kalo saya membuat proposal penawaran yg kemudian saya tawarkan door to door ,peluangnya cuma setipis tempe ATM.
Karena saya harus "melawan" para pemain pariwisata yg lbh dahulu ada.
Langkah "menciptakan" pembeli adalah dgn memanfaatkan medsos.
Saya membuat grup di FB, saya beri nama "jelajah wisata Nusantara".
Setelah grup terbentuk,dan sdh terkumpul pd saat itu 1000 anggota grup,maka mulailah saya menjalankan langkah kedua,yaitu "membuat" produk.
2. Membuat produk wisata.
Yg dimaksud disini adalah membuat paket wisata.
Komposisi dlm paket wisata tsb adalah :
♡Transportasi
♡Akomodasi ( jika menginap)
♡Konsumsi
♡Tiket masuk wisata
♡Biaya lain2.
Biasanya saya tambahkan 15% margin.
Dan utk meminimalisir resiko kerugian, saya membuat paket utk kuota paling minim,tapi saya menjual dgn kuota lebih besar dr yg saya buat.
Maksudnya,saya hitung utk kuota 6 org,tapi di "brosur" saya tulis kuota utk 15 org.
Jadi ketika tdk tercapai kuota 15,paket wisata masih bisa dilaksanakan. Karena hitungan minimal pasti telah tercapai.
Dari hitungan di paket wisata tsb,ada batas minimal utamanya utk booking transportasi dan akomodasi.
Oleh karena itu,dlm brosur saya tulis "pembayaran uang muka 50%, pelunasan 50% pd saat pemberangkatan.
Tapi kadang-kadang saya juga minta pelunasan H-7,jika peserta wisata jumlahnya besar, misalkan 1 big bus ( 50 orang).

Utk diketahui,ketika saya memulai usaha ini,saya sama sekali tdk pernah tahu tempat2 wisata yg saya jual.
Maksudnya, saya jual paket Bromo,pdhl saya belum pernah ke Bromo.
Lho kok nekat???
Kalo peserta tau hal ini,pasti mereka pada "mengumpat"
Semoga tdk peserta saya yg ada di grup ini.
Lalu bgm caranya supaya paket wisata saya bisa berjalan sukses?
Saya memulai usaha ini dgn modal Rp. 0 alias g punya modal.
Modal saya hanya nekat dan sedikit pengalaman pernah "kluyuran"
Jadi jls saya ga punya bujet utk survei lokasi.
Lalu bagaimana caranya?
Kembali saya memanfaatkan kemajuan teknologi,yaitu dgn gugling dan you tube.
Saya pelajari berkali2 sembari "membayangkan" seolah-olah saya sedang di lokasi wisata tsb.
Terlihat "konyol" dan "nekat",ya..
Tapi Alhamdulillah,sampai hari ini tdk pernah ada kendala.
Yg saya jelaskan diatas adalah sangat efektif utk paket wisata domestik.
Lalu bgm dgn paket wisata internasional?
Internasional yg akan saya jelaskan adlh utk Asia tenggara. Yg booming adlh Wisata Singapura Malaysia.
Ada sedikit trik khusus utk paket wisata ini,Krn berkaitan dgn tiket pesawat.
Harga tiket sangat dipengaruhi oleh kurs dollar dan ketersediaan tiket itu sendiri.
Oleh krn itu utk paket ini saya membatasi kuota peserta nya 7 org, menyesuaikan ketersediaan tiket di trave**kalo agar bisa dpt harga murah.
Utk hal yg lain (akomodasi,tiket masuk wisata dan konsumsi) perlakuannya hampir sama dgn paket domestik.
Lalu Bgm membuat agar calon konsumen percaya pada kita,mau dgn sukarela mentransfer uang terlebih dahulu walaupun sebelumnya tdk pernah kenal dgn
Yg saya lakukan adalah posting foto/gambar di grup yg saya buat,dgn disertai sedikit penjelasan,seperti mini artikel. Sehingga seolah-olah saya sudah pernah ke tempat wisata tsb.
Positioning atau Sasaran saya adalah orang2 yg belum pernah kesana,pingin poto2 kekinian tapi dananya terbatas.
Diferensiasi nya atau janji saya kpd calon konsumen adalah meyakinkan bhw tempat tsb sangat Instagramable dan sangat mengesankan.
Janji ini kan relatif,bagi sebagian orang memang "setuju" bhw tempat tsb Instagramable dan mengesankan walaupun bagi sebagian orang yg lain adalah hal yg biasa.
Nah,ketika "janji"/diferensiasi saya terbukti,maka para konsumen saya akan "memviralkan"/ketuk tular pengalaman yg mengesankan ini selama berwisata dgn saya. Inilah yg disebut "branding".
😂..saya sdh keringatan semua,om...deg2an nya jadi lebih kenceng,,bukan deg2an di dada tapi di punggung 😂😂😂😂
Saya sdh boleh pulang,om?
Tunggu dulu. Ini banyak pertanyaan pak dosen tarik nafas dulu.
1. Apa harus punya bendera Pak. Arief
2. Berapa persentase keuntungan yang pak arif patok dari setiap trip?
3. Bagaimana membawa wisata ke tempat yang tidak kita kenal dan tidak pernah kesana pak.
4. Ga perlu ijin pemerintah pa? Trus Asuransi klu sesuatu trjadi dgn pesrta tour?
5. 15% margin apakah sdh termasuk biaya tiket kita sebagai pendamping atau bagaimana perhitungannya ? (Kondisi destinasi via udara)
6. Untuk mitra sendiri didatangin langsung apa gimana pak.
7.Utk krjasama dgn pihak lain sprt hotel, restrnt, transprtsi, apa ga plu buat krjasama trtulis pa???
8. Komplain apa pak yang sering dikeluhkan konsumen.
9. Apakah sdh pernah ada yg berwisata ke Aceh dan danau Toba?
10. Tanggal keberangkatan apa kita yg tentukan atau konsumen? Ini kan menyangkut harga tiket yg beda2.
Jawaban
1. Mestinya PT tapi saya jalan dulu, legalitas nyusul.Pertanyaan no 2 - 6 ada di materi.
7. Hanya berdasar kepercayaan.
8. Tdk ada complain yg berarti
9. Belum.pernah ke Aceh dan Danau Toba. Mungkin admin ada rencana sekalian kopdar.
10. Kita yg tentukan tgl keberangkatan.
The end.

12/02/2018

1.000 GEROBAK BAKSO






"Ide papi didahului Perindo", kata putri saya ketika kami lewat melihat sebuah baliho partai, gede banget dengan gambar Ketua umum partai bersama tukang bakso untuk kampanye.

Saya memang ada idea membuat 1.000 gerobak bakso masing masing 200 gerobak warna warni di 5 kota di DKI Jakarta, Jakpus, Jaksel, Jakut, Jakbar, Jaktim

Rencana program gerobak ini bekerja sama dengan Pemda DKI termasuk Dinas Kesehatan atau BPOM dan Dinas Pariwisata dan Bank. BPOM akan melakukan test laboratorium secara berkala sampling atas makanan bakso tsb untuk menghindari tidak tercampur dengan bahan berbahaya.

Sedang Dinas Pariwisata  akan menentukan lokasi gerobak tsb. mis di Ancol, Kota tua, sekitar mal dll. Lokasi gerobak harus ada air PAM untuk mencuci mangkok, sendok dll, tidak hanya mencuci di air seember.

Penjual bakso wajib memakai pakaian bersih setiap hari, pakai sepatu kets putih dan topi. Pokoknya rapi, bersih seperti di luar negeri.

Gerobak diberi kredit oleh Bank DKI atau Bank BRI sekitar Rp 8 juta kepada mereka yang ber ktp DKI. 1.000 gerobak @ Rp 8 juta.




Mie akan disupply oleh distributor khusus, tidak boleh membeli dari yang lain. Cabe campur kecap dalam sachet disupply perusahaan tertentu. Jadi tidak perlu membuat sambel sendiri yang hyegenisnya diragukan. Tentu pemasoknya setelah memenangkan tender.

Ide saya ini timbul setelah melihat banyak program serba 1.000 seperti 1.000 mesjid, 1000 sepatu untuk anak sekolah di NTT, 1.000 komputer masuk desa dll.

Setelah konsepnya sedang dipersiapkan seorang teman bisa minta waktu presentasi didepan Gubernur.Angan angan tukang cendol buyar karena cendolnya tumpah, eh Gubernurnya keburu ganti.

Namun demikian ide ini bisa anda coba di Propinsi atau Kota/Kab di daerah anda. Who knows. Ini bisnis real bukan program kampanye parpol.






 



















INVESTASI REKSADANA SAHAM



Ketika selasar Bursa Efek Indonesia ambruk, banyak siswa/i dari Palembang yang kena musibah, dimana mereka sedang study tentang Bursa. Esok harinya seorang pemuda mengatakakan kepada saya

:"Sekolah kami juga sudah pernah ke BEI", katanya.

 "Jadi kamu sudah main saham dong ?, tanya saya.

"Belum Om, takut rugi, karena belum ngerti", jawabnya.

Seorang teman sekerja, konsultan dari Amerika memberikan kepada saya contact number, broker dia di Bursa saham New York. Anak keduanya yang lahir di Jakarta langsung dibelikan saham, katanya untuk membiayai kuliah anaknya kelak di Perguruan Tinggi di AS yg cukup mahal. Tapi saya tidak berani menghubunginya, karena takut risiko dan tidak mengerti.

Oleh karena itu untuk para pemula dan untuk meminimalisir risiko, investasi saham, sebaiknya mulai investasi dalam Reksadana saham dulu, lagi pula dananya bisa dimulai dari kecil, misalnya Rp 50.000 - Rp 100.000 atau dibawah Rp 1 juta. Setelah berjalan beberapa lama, sudah mulai mengerti baru tambah besar. Bayangan kita kalau main di bursa itu kan yang punya duit puluhan juta atau lebih.

Dana kita itu oleh Manager investasi akan ditanamkan kembali dalam campuran Deposito, Obligasi dan saham.

Mau beli jenis reksa dana apa, tergantung keberanian dan pilihan kita. Investor yang takut risiko beli saja Reksadana "Pasar uang", yieldnya sedikit lebih tinggi dari deposito.

Diatasnya adalah Reksadana "Pendapatan tetap" yang yieldnya lebih tinggi dari reksadana Pasar uang.

Berikutnya adalah Reksadana Campuran dengan risiko dan yield lebih tinggi dari reksadana Penghasilan tetap.

Terakhir, paling top adalah reksadana saham, dimana investasinya 80% pada saham sehingga returnnya tinggi serta risiko rugi besar juga.

Sebelum memilih jenis Reksadana, tetapkan dulu apa goal membeli saham dan lama jangka waktunya. Jika ingin main aman pilihlah jangka pendek. Tetapi jika ingin menyediakan uang kuliah anak, beli rumah idaman atau menikmati uang pensiun yang tenang, bisa memilih reksadana campuran atau reksadana saham berdurasi 5 tahun atau lebih.Walaupun sdh menentukan jangka waktu, aapabila perlu kita dapat menjual Reksadana yang kita miliki.

Bagi pemula masih sering dihantui kalau Manager investasi lari karena bangkrut atau bawa lari uang kita. Don't too worry .Ya kita wajib hukumnya mempertanyakan, baik ijin perusahaan maupun ijin manager investasinya dari OJK. Untuk mendapatkan ijin itu juga sangat ketat, tidak sembarangan. Walaupun manager Investasinya Bank, Asuransi seperti Mandiri Investa Atraktif atau Manulife Dana saham maupun Manager investasi terkenal lainnya, tetap wajib hukumnya menanyakan ijin dari OJK. Jangan jangan investasi bodong yang menawarkan return yang tingi, diluar kewajaran.

Karena kita juga sibuk kerja tidak cukup waktu untuk memantau pergerakan nilai Reksadana kita setiap hari, manager investasi senantiasa menyediakan Prospektus yang up to date. Bisa juga mendapatkan informasi harian secara on line.

Dizaman pemerintahan Jokowi dimana pertumbuhan ekonomi terus meningkat dari 5,05 thn 2017 dan diproyeksikan 5,4% pada thn 2018, IHSG penutupan 2017 melewati angka physiologys 5335 dan terus naik bulan Januari 2018, Organisasi Kadin dan APINDO yang keduanya optimis, Cadangan devisa yang terus bertumbuh hingga sanggup memenuhi import 8 bulan dan bayar hutang luar negeri, kurs rupiah yang stabil dibawah Rp 13.500. Semua indikasi tsb memberi harapan yield Reksadana yang menguntungkan.






MEMBUKA BISNIS BARU






 Jika Anda mengamati komen komen di group atau jika bertemu dengan teman dan bertanya :" Mengapa tidak buka usaha sendiri ?". Banyak yang menjawab :"Tidak punya modal".

Namun jika dilakukan pembicaraan lebih dalam, maka mereka akan cerita bahwa mereka sebenarnya mempunyai sesuatu yang berharga untuk dipakai sebagai Modal kerja.

Sebut saja, mempunyai Tabungan di Bank, punya perhiasan, punya kendaraan lebih dari satu, punya beberapa bidang tanah kosong atau beberapa rumah, ada juga tagihan pada beberapa orang.

Semua kekayaan tersebut sebenarnya merupakan faktor yang dapat dijadikan Modal kerja. Bahkan family dekat bisa menjadi sumber modal, jika Character kita baik, dapat dipercaya.

Penghasilan bunga dari Tabungan relatif tidak seberapa jika dibandingkan dengan keuntungan dari usaha. Perhiasan dilemari atau di Brandkas, yang hanya dipakai sesekali, tidak menghasilkan apa apa, atau jika dimaksudkan sebagai Investasi, kenaikan harganya belum tentu sebesar profit dari usaha sendiri.

Kendaraan roda dua atau roda empat lebih dari satu bahkan lebih dari dua, hanya untuk mempertahankan gengsi sosial, bukan menghasilkan, tetapi justru membebani biaya operasional dan pemeliharaan. Bahkan nilai jual/nilai pasarnya semakin kecil dari tahun ketahun. Oleh sebab itu lebih baik naik angkutan umum dan Asset tersebut diswitch menjadi modal kerja.


Asset berupa tanah atau rumah bisa dimanfaatkan dengan menjualnya atau bisa juga digunakan sebagai Jaminan pinjaman ke Bank, tentu dengan meningkatkan status kepemilikan haknya dari Letter C atau Akte Jual beli menjadi Sertifikat Hak milik atau Hak Guna Usaha/Guna Bangunan.

Dari pengalaman saya kerja sebagai executive Bank, demikian juga pandangan sesama Bankir, maka yang menjadi kendala utama justru apa pada faktor "Marketting". Pemasaran adalah ujung tombak kelangsungan hidup suatu usaha. Jika pasar produk/jasa sudah jelas, maka pihak Bank akan menilai peryaratan lainnya. Dengan terjaminnya pasar, maka penghasilan usaha akan mampu untuk membayar kembali pinjaman beserta bunganya. Yang menjadi kendala kedua adalah ketiadaan Collateral atau Jaminan.

Tentu fihak Bank akan menilai faktor faktor lainnya dari calon peminjam dan perusahaannya. Faktor ini disebut sebagai "Lima C" dengan urut urutan prioritas 1. Charakter, 2. Capasitas, 3. Capital/Modal 4. Condition (Economic) dan 5. Collateral (Jaminan). Dan yang menjadi prioritas pertama ada pada factor Character atau nama baik, sedangkan C yang terakhir adalah Collateral atau Jaminan. Jika punya Character atau bisa dipercaya, Colateral itu merupakan factor pendukung.

Tentu Anda bisa menyampaikan beberapa faktor kendala lain seperti Jenis usaha yang minim risiko atau profit yang relatif tinggi, lokasi tempat usaha, pengalaman dan beberapa faktor lainnya. 


MENCARI PINJAMAN


Never give up.

"Bapak juga tahu kalau perusahaan baru belum memenuhi syarat dapat pinjaman", kata seorang teman Dirut leasing joint dng Jepang di Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta.

Tidak tersinggung, saya dan isteri tercinta menemui seorg teman kepala cabang bank BUMN di Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Katanya persis sama dengan apa yang dikatakan Dirut leasing joint Jepang diatas.


Pada hal dapat info bahwa ada opportunity untuk sewa alat berat di pelabuhan Tanjungpriok. Kesempatan tersebut jangan sampai lepas. Tidak mau menyerah, saya telpon teman Dirut perusahaan leasing lokal di bilangan kota. Jawabannya hampir sama : "Kami belum ekspansi pak", katanya. Tapi dengan baik hati dia memberi 2 nama temannya direktur leasing lain.

Saya datangi leasing pertama di kantornya di lantai 3 Bankok bank, depan Bank Indonesia JL. Thamrin. Jawabannya idem, belum ekspansi.

Jadi 1 kantor Bank dan 3 perusahaan Leasing say no. Apa saya give up ?.Tidak.

Kami menuju ke Jakarta Selatan, naik lift di Summitmas tower, Jl.Jend. Sudirman menemui Direktur leasing joint vventure Indonesia dengan Jepang juga.

 Direktur Indonesianya dng senyum manis menerima saya dan istri di ruangan yang mewah, Isteri saya adalah Direktur P.T keluarga juga, yang baru berdiri 2 bulan.

Dia membaca sekilas proposal yang sangat sederhana yang saya susun sendiri dalam 3 hari.
15 menit pertemuan itu, kemudian dipanggil stafnya untuk mempelajari proposal kami. Kami pulang dengan wajah berseri seri, bermimpi disiang hari.

Sesuai SOP leasing tsb keputusan yes or no maximum 14 hari kerja. Disuatu siang dapat telpon dari staf leasing katanya:"Permohonan bapak disetujui". Kami berdoa mengucap syukur.

Jadi 3 kantor kami datangi dan menelpon 2 direktur. Akhirnya, kantor terakhir yg menyatakan Yes.

Leasingnya 2 alat berat relatif cukup besar, US$ 1 juta. Walaupun saya tidak pengalaman dibidang persewaan alat berat, tapi dengan penuh passion dan tanggung jawab saya mau belajar.

Selain itu saya juga pernah memulai usaha kecil yaitu usaha Catering. Usahanya kecil tapi kerjanya berat. Istri harus bangun subuh. Menjalankan alat berat dng hutang gede justru lebih ringan.

Pernah juga buka usaha konsultan IT. Kerjanya enak tetapi hasilnya tidak begitu besar.

Jadi tidak usah takut memulai usaha apa saja, kerjakan dng passion. Dan kalau cari pinjaman tangan harus dibawah, jangan cepat menyerah.