Jika Anda mengamati
komen komen di group atau jika bertemu dengan teman dan bertanya :"
Mengapa tidak buka usaha sendiri ?". Banyak yang menjawab :"Tidak
punya modal".
Namun jika dilakukan pembicaraan lebih dalam, maka mereka
akan cerita bahwa mereka sebenarnya mempunyai sesuatu yang berharga untuk
dipakai sebagai Modal kerja.
Sebut saja, mempunyai Tabungan di Bank, punya perhiasan,
punya kendaraan lebih dari satu, punya beberapa bidang tanah kosong atau
beberapa rumah, ada juga tagihan pada beberapa orang.
Semua kekayaan tersebut sebenarnya merupakan faktor yang
dapat dijadikan Modal kerja. Bahkan family dekat bisa menjadi sumber modal, jika
Character kita baik, dapat dipercaya.
Penghasilan bunga dari Tabungan relatif tidak seberapa jika
dibandingkan dengan keuntungan dari usaha. Perhiasan dilemari atau di Brandkas,
yang hanya dipakai sesekali, tidak menghasilkan apa apa, atau jika dimaksudkan
sebagai Investasi, kenaikan harganya belum tentu sebesar profit dari usaha
sendiri.
Kendaraan roda dua atau roda empat lebih dari satu bahkan
lebih dari dua, hanya untuk mempertahankan gengsi sosial, bukan menghasilkan,
tetapi justru membebani biaya operasional dan pemeliharaan. Bahkan nilai
jual/nilai pasarnya semakin kecil dari tahun ketahun. Oleh sebab itu lebih baik
naik angkutan umum dan Asset tersebut diswitch menjadi modal kerja.
Asset berupa tanah atau rumah bisa dimanfaatkan dengan
menjualnya atau bisa juga digunakan sebagai Jaminan pinjaman ke Bank, tentu
dengan meningkatkan status kepemilikan haknya dari Letter C atau Akte Jual beli
menjadi Sertifikat Hak milik atau Hak Guna Usaha/Guna Bangunan.
Dari pengalaman saya kerja sebagai executive Bank, demikian
juga pandangan sesama Bankir, maka yang menjadi kendala utama justru apa pada
faktor "Marketting". Pemasaran adalah ujung tombak kelangsungan hidup
suatu usaha. Jika pasar produk/jasa sudah jelas, maka pihak Bank akan menilai
peryaratan lainnya. Dengan terjaminnya pasar, maka penghasilan usaha akan mampu
untuk membayar kembali pinjaman beserta bunganya. Yang menjadi kendala kedua
adalah ketiadaan Collateral atau Jaminan.
Tentu fihak Bank akan menilai faktor faktor lainnya dari
calon peminjam dan perusahaannya. Faktor ini disebut sebagai "Lima C"
dengan urut urutan prioritas 1. Charakter, 2. Capasitas, 3. Capital/Modal 4.
Condition (Economic) dan 5. Collateral (Jaminan). Dan yang menjadi prioritas
pertama ada pada factor Character atau nama baik, sedangkan C yang terakhir
adalah Collateral atau Jaminan. Jika punya Character atau bisa dipercaya,
Colateral itu merupakan factor pendukung.
Tentu Anda bisa menyampaikan beberapa faktor kendala lain
seperti Jenis usaha yang minim risiko atau profit yang relatif tinggi, lokasi
tempat usaha, pengalaman dan beberapa faktor lainnya.