Vivi Hindriasari.
Saya terlahir dari
keluarga broken home dari seorang ayah keturunan Jawa dan ibu Palembang . Dari
kecil besar dngn didikan militer karena ayah, TNI dan ibu dosen . Tentu untuk
uang jajan tidak sulit buat saya. Hanya
hoby saya agak di luar kebiasaan anak anak. Kelas 5 SD setiap pagi
jualan telur bebek sebelum ke sekolah, sampai tamat SD. Setelah masuk SMP karna
sekolah di sekolah internasional teman teman kebanyakan anak pejabat. Saya
manfaatkan setiap jam istirahat berjualan underware, kosmetik dll
Setiap pulang sekolah saya setor uangnya ke Bank karena orang tua saya sangat keras. Kalau ada sesuatu yang mencurigakan kami akan dapat rotan. Hingga sampai SMA hoby jualan sudah lebih meningkat. Bukan hanya kosmetik dan lainya, saya jadi agen sedunia semua barang, jadi makelar, hingga alhamdullilah kelas 2 SMA sudah bisa beli mobil sendiri.
Perjuangan untuk membeli mobil tidak semudah itu, saat hal itu saya utarakan ayah marah dikira saya salah pergaulan hingga harus kena rotan. Untung teller Bank mau memberi kesaksian, karena dia salah satu pelanggan dagangan saya.
Setelah tamat SMA disini perjuangan yang sebenarnya, karena dianggap bandel, ayah menitipkan saya pada koleganya di Singapore . Sambil ambil sekolah lanjutan, tapi tanpa sepeser pun uang bulanan. Saya membantu ibu angkat saya itu di faktorynya, yang bergerak dibidang fashion.dengan brand Giodano dan Zusbe kiss wear.
Setiap pulang sekolah saya setor uangnya ke Bank karena orang tua saya sangat keras. Kalau ada sesuatu yang mencurigakan kami akan dapat rotan. Hingga sampai SMA hoby jualan sudah lebih meningkat. Bukan hanya kosmetik dan lainya, saya jadi agen sedunia semua barang, jadi makelar, hingga alhamdullilah kelas 2 SMA sudah bisa beli mobil sendiri.
Perjuangan untuk membeli mobil tidak semudah itu, saat hal itu saya utarakan ayah marah dikira saya salah pergaulan hingga harus kena rotan. Untung teller Bank mau memberi kesaksian, karena dia salah satu pelanggan dagangan saya.
Setelah tamat SMA disini perjuangan yang sebenarnya, karena dianggap bandel, ayah menitipkan saya pada koleganya di Singapore . Sambil ambil sekolah lanjutan, tapi tanpa sepeser pun uang bulanan. Saya membantu ibu angkat saya itu di faktorynya, yang bergerak dibidang fashion.dengan brand Giodano dan Zusbe kiss wear.
Tugas sy mengontrol ke 16 pabriknya yang tersebar di beberapa Negara, salah satunya ada di Indonesia. Setiap bulan harus traveling dari satu negara ke negara lainnya bahkan saya sempat hilang di Dhaka city, Bangladesh .
Dari semua itu saya pelajari
bagaiman orang China, orang Korea dan orang Bangladesh berbisnis.
Akhirnya saya banyak kenal para pembina besar.karna selalu bertemu dengan orang
orang baru dalam perjalanan bisnis tersebut.
Satu tahun saya jalani
hal tersebut tepat usia 19 tahun, saya bermain bisnis iilegal. Saya kirim
minyak solar dari Batam, bongkar di pasir panjang di tengah laut. Main kucing
kucingan dengan aparat. Kadang kadang uang setoran tidak cukup. Minyak
ditangkap di jalan tetapi saya tidak kapok, karena keuntungannya sangat
mengiurkan.
Selain main minyak, saya juga belanja barang barang bekas pakai di Singapore lalu dijual ke Batam karena di Batam sudah ada yang menampung.
Begitulah saya
kerjakan setiap hari sampai saya selesai kuliah. Itu cerita mulusnya, tapi
jungkir baliknya banyak sekali. Kadang kadang barang ketangkap. Kadang kadang barang
laku tetapi tidak disetor uangnya. Sering juga ditipu, tetapi saya tetap ulangi,
lagi dan lagi.
Hal yang banyak
menolong saya karna memegang Green card, jadi agak leluasa. Petugas tidak
terlalu ketat kalau pulang balik Batam -
Singapore. Thn 2004 Aceh kena musibah tsunami. Semua NGO mengirim volunteer ke
Aceh dan saya salah satunya yang berangkat.
Setelah selesai misi
bantuan di Aceh, saya melihat peluang yang bagus di Aceh . Saya mulai kirim
ikan karang dari Aceh ke Singapore. Sampai saya bisa membeli 2 boat ikan dan mobil
operasionalnya. Disini awal kehancuran Saya karena salah memilih orang
kepercayaan, saat saya dapat dinas ke luar kota.
Ikan karang
Semua harta saya ludes dibawa oleh orang kepercayaan saya. Boat, modal pembelian ikan, mobil, sepeda motor, isi rumah dan semua perhiasan habis di bawa kabur orang kepercayaan saya, hingga saya jatuh di titik nol. Karna total semua aset dibawa kabur Rp. 3 milyard lebih. Bahkan tempat tinggal pun saya sudah tidak punya lagi.
Semua harta saya ludes dibawa oleh orang kepercayaan saya. Boat, modal pembelian ikan, mobil, sepeda motor, isi rumah dan semua perhiasan habis di bawa kabur orang kepercayaan saya, hingga saya jatuh di titik nol. Karna total semua aset dibawa kabur Rp. 3 milyard lebih. Bahkan tempat tinggal pun saya sudah tidak punya lagi.